Hidup bersama seorang gundik atau nyai memberikan beberapa keuntungan.
Hal itu dirasa menyenangkan bagi para laki-laki Eropa karena pernyaian menjamin keadaan yang tidak mengikat.
Pernyaian merupakan gejala yang umum dan dapat diterima oleh banyak orang sebagai suatu cara penyesuaian diri laki-laki Eropa lajang demi kelangsungan hidup di tanah koloni.
Menurut perkiraan terdapat lebih dari setengah jumlah keseluruhan laki-laki Eropa di koloni hidup bersama seorang nyai pribumi dalam 25 tahun terakhir pada abad ke-19.
Menjelang akhir abad ke-19 sudah sangat biasa jika seorang laki-laki Eropa mengambil seorang nyai, begitu juga dari sudut pandang penduduk pribumi.
Seorang laki-laki yang dikirim ke Hindia Belanda dan tidak menjalin hubungan dengan perempuan adalah sesuatu yang mustahil.
Menahan diri dari urusan kebutuhan biologis pun dikecam.
Hal itu akan memicu adanya perilaku menyimpang yang asusila.
Bahkan semasa pendidikan di Belanda, para calon pegawai pemerintah mendengar dari para dosen bahwa hubungan dengan seorang nyai adalah hal yang dianjurkan, setidaknya selama tahun-tahun pertama mereka di Hindia Belanda.
Saat itu praktik pernyaian adalah hal yang sudah biasa dijumpai dan dianggap wajar dalam masyarakat Eropa.
Laki-laki Eropa ini menikmati keuntungannya tetapi tidak mau menanggung kerugiannya.
Baca Juga: Jika 'Babu' Cantik, Maka Ia Dijadikan Gundik oleh Majikan Eropanya
Penulis | : | Muflika Nur Fuaddah |
Editor | : | Muflika Nur Fuaddah |
KOMENTAR