Intisari-online.com - Gempa Cianjur telah menewaskan sedikitnya 162 orang.
Serta ratusan orang luka-luka akibat gempa berkekuatan M 5,6 tersebut.
Menurut Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil Selasa (22/11), gempa di Cianjur disebut masih berbahaya.
Ia mengatakan ada 2.345 bangunan porak-poranda, kemudian ada 13.400 warga mengungsi.
Lalu tercatat ada 88 getaran gempa yang dilaporkan hingga pukul 01.00 WIB.
Ini menyebabkan sejumlah warga turut was-was akan gempa susulan yang lebih dahsyat.
Sementara itu gempa di Cianjur dilaporkan memiliki kekuatan M 5,6 dengan kedalaman 10 km.
Meski tergolong berkekuatan kecil gempa dangkal ini bisa merusak, ini disebabkan oleh beberapa faktor.
Menurut BMKG gempa tersebut dirasakan hingga Jakarta, Tangerang, Bekasi, Bogor, dan Banten.
Meski demikian gempa Cianjur tidak berpotensi tsunami.
Namun, kerusakan masiv dengan jumlah korban terus bertambah dilaporkan.
Baca Juga: Berkekuatan Kecil Tapi Mematikan, Inilah Sesar Cimandiri yang Jadi Biang Kerok Gempa Cianjur
Kepala bidang mitigasi gempa dan bencana tsunami BMKG pun kenudian menjelaskan mengapa gempa ini cukup mematikan.
Salah satu faktornya ada struktur bangunan dan lokasi pemukiman warga.
Menurut Daryono, struktur bangunan warga di Cianjur tidak memenuhi strandar aman gempa.
Bangunan aman gempa, adalah bangunan yang merespons gempa dan memiliki ketahanan terhadap gempa.
Banhunan ini dirancang dengan struktur analisis, kombinasi beban, yang tahan terhadap gempa.
Padahal jalur tersebut merupakan wilayah yang rawan gempa, menurur Daryono.
Sementara warga Cianjur banyak yang bermukim di wilayah tanah lunak atau perbukitan.
Topografi Cianjur memang sebagian besar daerah perbukitan, kecuali bagian pantai selatan yang merupakan dataran rendah dan sempit.
Wilayah Cianjur juga memiliki catatan ketinggian dan kemiringan tanah di lokasi pemukiman warga.
Pasalnya, tak dipungkiri Cianjur memang daerah wilayah seismik kompleks, yang rentan terhadap gempa.
Hasil monitor BMKG wilayah Cianjur sering dilanda gempa, dengan variasi kekuatan yang berbeda.
Baca Juga: Sering Terjadi Gempa di Indonesia, Benarkah Ikan Ini Bisa Deteksi Gempa Bumi?
Kompleksitas di daerah itu merupakan daerah jalur gempa aktif seperti keberadaan sesar Cimandiri, Padalarang, Lembang, Cirata, dll.