Intisari-Online.com – Ramai di media sosial setelah unggahan putra bungsu Presiden Joko Widodo, Kaesang Pangarep mengalami kejadian lucu saat terbang dari Singapura ke Surabaya.
Unggahan Kaesang dalam media sosial Twitter itu bahkan mendapat banyak respon dari netizen.
Bahkan, ‘Batik Air’, maskapai yang disinggung dalam Twitter Kaesang tersebut masuk dalam trending sejak Minggu (13/11/2022), mengutip dari Kompas.com.
Dalam akun Twitter-nya @kaesangp, Kaesang menulis, “Horeeee naik Batik Air ke Surabaya tapi koperku selamat sampe bandara Kualanamu. Terima kasih Batik Air.”
Apa yang jadi penyebab Kaesang Pangarep mengunggah tulisan itu dalam media sosial Twitter-nya?
Rupanya, ketika dia terbang dari Singapura ke Surabaya, koper miliknya 'nyasar' tidak ikut mendarat di Surabaya, melainkan di Bandara Kualanamu, Deli Serdang, Sumatera Utara.
Sementara, dalam unggahan lain, Kaesang sedikit ‘melucu’ dengan menganggap bahwa kopernya sengaja dibawa ke Medan untuk oleh-oleh anak kakaknya di Medan.
Menanggapi keluhan tersebut, Batik Air telah menyampaikan permohonan maaf, dan mengirimkan langsung bagasi tersebut ke alamat Kaesang dan sudah diterima pada Senin pukul 02.30 WIB.
Batik Air juga memastikan bahwa pihaknya sedang melakukan proses investigasi internal atas ketidaksesuaian memasukkan bagasi tersebut.
Rupanya kejadian koper ‘nyasar’ atau terlambat tiba, atau bahkan hilang, kadang terjadi dalam kondisi penerbangan normal.
Salah satu korbannya adalah Jessica Kalynn, yang mengalaminya pada musim panas tahun 2021.
Melansir dari People, peristiwa yang dialami Jessica itu terjadi pada September 2021.
Jessica membawa koper dalam penerbangan bersama Air Canada ke Dubai, namun koper itu datang belakangan daripada dirinya, dengan koper itu tiba dua hari setelah dia tiba di tempat tujuan.
Akibat keterlambatan datangnya koper miliknya itu, Jessica harus membeli baru semua keperluan yang dia butuhkan.
Sampai-sampai dia harus membeli empat pasang sepatu, enam bawahan, lima pakaian atasan, satu pakaian renang, dua pasang pakaian dalam, sepasang kaos kaki, hingga peralatan mandi.
Jessica membutuhkan semua barang-barang tersebut karena dia akan menghadiri pertemuan bisnis, dan dia harus mengeluarkan sekitar USD2.120,67 untuk membeli keperluannya (sekitar Rp32juta).
Ketika melakukan komplain pada Air Canada, dalam prosesnya, maskapai itu kemudian menawarkan kompensasi awal sebesar USD500 atau sekitar Rp7,5 juta.
Namun, Jessica keberatan, dia mengajukan komplain bahwa maskapai penerbangan harus membayarnya sebesar USD1.620,67 atau sekitar Rp24,3 juta sebagai bentuk ganti rugi dari uang yang terpaksa dikeluarkannya atas keterlambatan koper.
Jessica mengajukan klaim tersebut ke Pengadilan Resolusi Sipil Britis Columbia, namun Air Canada menganggap bahwa pengeluaran yang diklaim Jessica terkesan berlebihan..
Namun, pengadilan akhirnya mengabulkan klaim Jessica.
Salah seorang anggota pengadilan Shelley Lopez mengatakan, bahwa dia memahami situasi yang dialami oleh kedua belah pihak, dan apa yang dilakukan Jessica pun masuk akal karena merujuk pada jadwal aktivitas yang harus dijalani Jessica di Dubai.
Meskipun Lopez menganggap bahwa Jessica tidak memberikan alasan yang cukup mengenai pembelian empat pasang sepatu, enam bawahan, dan lima atasan, namun dia tetap menilai bahwa Air Canada perlu memberikan penumpang tersebut kompensasi tambahan.
Pengadilan kemudian memerintahkan Air Canada memberi Jessica tambahan ganti rugi sebesar USD700 (Rp10,5 juta), sebagai tambahan dari USD500 (Rp7,5 juta) yang telah dibayarkan.
Jadi, secara total Jessica menerima Rp18 juta dari maskapai penerbangan Air Canada.
Temukan sisi inspiratif Indonesia dengan mengungkap kembali kejeniusan Nusantara melalui topik histori, biografi dan tradisi yang hadir setiap bulannya melalui majalah Intisari. Cara berlangganan via https://bit.ly/MajalahIntisari