Sindrom Takotsubo, Bukti Bahwa Orang Benar-benar Bisa Mati karena Patah Hati

Ade Sulaeman

Editor

Sindrom Takotsubo, Bukti Bahwa Orang Benar-benar Bisa Mati karena Patah Hati
Sindrom Takotsubo, Bukti Bahwa Orang Benar-benar Bisa Mati karena Patah Hati

Intisari-Online.com - Mungkin Anda akan tertawa ketika mendengar istilah ‘sindrom patah hati’, tapi pada kenyataannya, sindrom yang memiliki nama lain Takotsubo memang benar-benar ada.

Sindrom yang lebih banyak diidap oleh wanita ini juga seolah membuktikan bahwa seseorang bisa benar-benar mati karena patah hati.

"Kami percaya bahwa sindrom Takotsubo adalah contoh klasik dari umpan balik yang terjalin secara kompleks, meliputi rangsangan psikologis dan / atau fisik dalam otak yang kemudian berdampak pada sistem kardiovaskular," kata Jelena Ghadri, MD, peneliti di departemen kardiologi di University Hospital di Zurich, Swiss.

Mekanisme yang tepat tentang bagaimana terjadinya sindrom takotsubo masih dalam penelitian yang terus berlangsung. Para profesional medis banyak yang tertarik pada topik yang pertama kali diteliti di Jepang pada awal 1990-an ini.

Penelitian terbaru yang dilakukan oleh Ghadri menunjukka,n bahwa tidak hanya peristiwa sedih yang dapat menyebabkan timbulnya takotsubo, peristiwa gembira pun bisa, seperti ulang tahun dan pernikahan.

Apapun yang membuat emosi Anda melonjak bisa memicu kondisi mulai dari kelelahan, sesak napas hingga asma.

Penelitian juga menunjukkan, bahwa mayoritas orang yang menderita sindrom takotsubo adalah perempuan pasca-menopause.

"Sembilan dari 10 pasien takotsubo adalah wanita. Ini menunjukkan bahwa ada estrogen di sana," kata Harmony Reynolds, MD, Saul J. Farber, profesor kedokteran di divisi kardiologi di NYU Langone Medical Center, yang memimpin sebuah studi tahun lalu terhadap 20 perempuan yang selamat sindrom patah hati.

Saat ini, dia sedang mencoba untuk menemukan penjelasan mengapa patah hati yang melanda wanita usia senior, cenderung lebih fatal.

Beberapa penelitian menunjukkan, pria lebih terlindungi terhadap hormon yang berhubungan dengan stres. Sebaliknya, wanita pasca-menopause yang telah kehilangan hormon estrogen, berada pada risiko yang paling tinggi.

Penelitian lain menunjukkan, bahwa estrogen sendiri sebenarnya adalah pelindung untuk jantung.

Sindrom takotsubo menampilkan dirinya seperti serangan jantung biasa dengan gejala; nyeri dada, sesak napas dan elektrokardiogram EKG) tidak teratur. Perbedaannya, serangan jantung biasa disebabkan oleh arteri koroner yang tersumbat.

Sementara pada kasus takotsubo, arteri tetap terbuka, namun kombinasi dengan faktor-faktor lain, menyebabkan jantung mengambil bentuk seperti takotsubo, panci khas Jepang yang digunakan untuk menjebak gurita.

(Lily Turangan/kompas.com)