Penemuan makam kerajaan yang relatif utuh jarang terjadi dalam arkeologi, sehingga makam Tutankhamun juga merupakan kilasan berharga tentang kehidupan para penguasa Mesir kuno.
Penelitian oleh akademisi Macquarie Dr Jana Jones dan timnya pada tahun 2014 mengungkapkan bahwa asal usul mumifikasi merentang kembali ke milenium kelima, lebih awal dari yang diperkirakan sebelumnya, melansir Ancient Pages.
Bahkan dalam prasejarah Mesir, penyediaan barang-barang dan bahan makanan di kuburan menunjukkan keinginan untuk pelestarian di dunia berikutnya.
Ketika berabad-abad berlalu, gagasan tentang kehidupan setelah kematian berubah. Sekitar 1.200 SM, perjalanan ke akhirat membutuhkan penilaian dari jantung dan pelestarian tubuh, sehingga esensi roh almarhum, ba, bisa menjadi akh atau “roh transfigurasi” di alam dewa, Osiris.
Sejarawan Yunani abad ke-5 SM, Herodotus, menyebut Mesir sebagai "pemberian Sungai Nil" dan itu terbukti benar selama ribuan tahun.
Munculnya ilmu iklim dan penerapannya pada studi dunia kuno memungkinkan para ilmuwan, sejarawan, dan arkeolog untuk memetakan perubahan lingkungan jangka panjang ke Sungai Nil dan bagian lain dunia.
Ini memungkinkan pendekatan yang lebih holistik untuk menilai perubahan dan ketahanan sosial, politik dan ekonomi di zaman kuno.
Jadi, misalnya, kita dapat melihat akhir Zaman Piramida Mesir (Kerajaan Lama, c. 2200 SM) sebagian dipicu oleh peristiwa iklim yang lebih luas yang memengaruhi stabilitas politik, sumber makanan, dan kehidupan masyarakat. Ada pelajaran bagi kita dalam sejarah ini.
Saat ini, ahli Mesir Kuno sendiri juga menjalani proses pemeriksaan diri.
Pertanyaannya meliputi asal-usul Barat, pendekatan kolonial masa lalu terhadap orang Mesir dan budaya kuno lainnya, dan pemulangan barang antik seperti Batu Rosetta.
Baca Juga: Mewah! Inilah Singgasana Emas Tutankhamun yang Ditemukan di Pekuburan Lembah Para Raja Mesir
Temukan sisi inspiratif Indonesia dengan mengungkap kembali kejeniusan Nusantara melalui topik histori, biografi dan tradisi yang hadir setiap bulannya melalui majalah Intisari. Cara berlangganan via https://bit.ly/MajalahIntisari
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | K. Tatik Wardayati |
KOMENTAR