Kisah Permaisuri Kikir Liu Jin’gui, Cintanya pada Kekuasaan Sebabkan Jatuhnya Dinasti Tang Akhir

K. Tatik Wardayati

Editor

Kisah permaisuri kikir Liu Jin'gui, cintanya pada kekuasaan sebabkan jatuhnya Dinasti Tang Akhir.
Kisah permaisuri kikir Liu Jin'gui, cintanya pada kekuasaan sebabkan jatuhnya Dinasti Tang Akhir.

Intisari-Online.comPermaisuri Liu Jin’gui dikenal sebagai permaisuri jahat yang pantas mendapatkan hukuman ketika dia dipaksa untuk bunuh diri.

Dia tidak mengakui dan ayahnya sendiri dicambuk, meninggalkan suaminya di saat-saat terakhirnya, dan menyebabkan kematian putranya.

Barulah pada saat-saat terakhirnya dia menyadari semua kehancuran yang telah dilakukan oleh perbuatan jahatnya dan menyesal.

Permaisuri Liu menyadari bahwa dialah yang harus disalahkan atas kejatuhan Dinasti Tang Akhir.

Cintanya pada kekayaan, kesenangan, dan kekuasaan, telah menyebabkan dia menyakiti semua orang yang dicintainya dan kehilangan segalanya, termasuk nyawanya sendiri.

Permaisuri Liu lahir di Cheng’an di Prefektur Weizhou (Cheng’an modern di Provinsi Shandong) sekitar tahun 895 M, nama lengkapnya adalah Liu Jin’gui.

Ayahnya awalnya bernama Liu Kui, tetapi berganti nama menjadi Liu Shanren, yang berarti ‘orang gunung’, karena dia menjual tanaman obat dari pegunungan.

Liu Jin’gui adalah anak tunggal, dan ibunya terbunuh dalam serangan.

Pada tahun-tahun terakhir Dinasti Tang, Pangeran Li Keyoung menyerang Cheng’an ketika Liu Jin’gui berusia enam tahun.

Saat diserang itu, Liu Jin’gui diculik dan dipaksa menjadi pelana di rumah tangga Pagneran Li Keyoung.

Dia menjadi pelayan Lady Cao, selir kedua Pangeran Li Keyoung, namun diajari oleh Lady Cao memainkan reed pipe, menari, dan menyanyi.

Liu Jin’gui tumbuh menjadi wanita muda yang sangat cantik dan diinginkan.

Pada tahun 908 M, Pangeran Li Keyoung meninggal, lalu putra sulungnya, Li Cunxu menjadi Pangeran Jin.

Untuk menghibur putranya yang berduka, Lady Cao membawa Liu Jin’gui yang berusia tiga belas tahun untuk bernyanyi bagi Pangeran Li Cunxu.

Pangeran Li Cunxu sendiri rupanya telah lama mengingingkan Liu Jin’gui dan sangat ingin memilikinya.

Tidak ingin kehilangan gadis yang diinginkan putranya, Lady Cao memberikan Liu Jin’giu pada pangeran itu.

Liu segera menjadi selir pangeran, lalu melahirkan seorang putra bernama Li Jiji.

Pangeran Li Cunxu sangat senang dengan putranya yang baru lahir dan percaya bahwa Li Jiji mirip dengannya.

Dia memanjakan Liu Jin’gui dan memberinya gelar Lady Liu dari Wei.

Lady Liu juga menemani Pangeran Li Cunxu dalam kampanye militernya untuk menggulingkan Dinasti Liang Akhir yang baru terbentuk, yang dibentuk pada tahun 907 M, dan menjadi Kaisar China berikutnya.

Liu Shanren mendengar bahwa putrinya menjadi wanita bangsawan, dia pun pergi ke istana Pangeran Li Cunxu untuk menemuinya.

Ketika Lady Liu mengetahui bahwa ayahnya berada di istana untuk mengunjunginya, dia merasa malu karena asal usul ayahnya yang rendah.

Dia percaya bahwa jika Pangeran Li Cunxu mengetahui latar belakang ayahnya yang sederhana, maka dia tidak akan lagi mendukungnya.

Lady Liu menolak untuk mengakui ayahnya, dan memberi tahu Pangeran Li Cunxu bahwa ayahnya telah lama meninggal, lalu memerintahkan ayahnya itu untuk diusir dan dicambuk.

Liu Shanren dilempar ke gerbang istana dan dipukuli dengan tongkat.

Ayahnya yang malang dan dipukuli habis-habisan meninggalkan gerbang istana sambil menangis, dan sangat sedih karena putrinya tidak mengakuinya.

Lady Liu lalu mengangkat seorang pejabat penting bernama Zhang Quanyi sebagai ayah angkatnya.

Pada tahun 923 M, Pangeran Li Cunxu menggulingkan Dinasti Liang Akhir dan membentuk dinastinya sendiri yang dikenal sebagai Dinasti Tang Akhir, lalu dia naik takhta sebagai Kaisar Zhuangzong.

Kaisar Zhuangzong ingin menjadikan Lady Liu sebagai permaisurinya, namun dia sudah memiliki istri utama bernama Lady Han dan seorang permaisuri bernama Lady Yi, yang statusnya lebih tinggi dari Lady Liu.

Namun, pejabatnya ingin memenuhi keinginan Kaisar Zhuangzong dengan menyetujui untuk mengangkat Lady Liu sebagai Permaisuri.

Maka, Lady Liu pun diangkat sebagai Permaisuri, sementara Nona Han dan Nona Yi menjadi selir Kaisar Zhuangzong.

Permaisuri Liu menjadi kekuatan sesungguhnya di balik takhta karena Kaisar Zhuangzong berangsur-angsur menjadi malas setelah menggulingkan Dinasti Liang Akhir.

Dia mempromosikan penyanyi dan kasim favoritnya.

Permaisuri Liu juga sangat percaya pada agama Buddha, sehingga membujuk Kaisar Zhuangzong untuk masuk agama Buddha.

Dia berkorespondensi dengan perwira militer dan menemani suaminya mengunjungi menteri di rumah mereka.

Namun, Permaisuri Liu terkenal sebagai orang yang kikir.

Pada tahun 925 M, Permaisuri Liu menolak untuk membayar tentara Kaisar Zhuangzong.

Ketika situasinya menjadi mengerikan, dia memutuskan untuk memberikan hadiah kepada para prajurit.

Seorang tentara sangat kritis terhadapnya dan berkata, "Apa gunanya ini ketika istri dan anak-anak saya sudah mati kelaparan?"

Tidak lama kemudian semua prajurit menolak untuk melayani keluarga kekaisaran.[37]

Ketika seorang pejabat bernama Guo Congqian memberontak melawan Dinasti Tang Akhir, Kaisar Zhuangzong diserang dengan panah di dada, dan dia jatuh di tangga istana.

Saat dia sedang sekarat, dia meminta Permaisuri untuk datang dan menemuinya, namun Permaisuri Liu menolak untuk menemuinya karena dia sedang mengemasi barang-barang berharga dan uangnya sehingga dia bisa melarikan diri dari ibukota.

Kaisar Zhuangzong meninggal, dan Permaisuri Liu melarikan diri dari ibu kota bersama saudara iparnya bernama Li Cunwu, dengan membawa serta emas, perak, dan perhiasan yang paling berharga.

Mereka melarikan diri ke kota Jinyang dan menjadi sepasang kekasih.

Li Siyuan (putra angkat Kaisar Zhuangzong) naik tahta sebagai Kaisar Mingjong.

Putra Permaisuri Liu, Pangeran Jiji, berusaha merebut takhta, namun gagal, lalu gantung diri.

Kekasihnya, Li Cunwu, dibunuh oleh pengawal pribadinya.

Permaisuri Liu tahu bahwa Kaisar Mingjong akan segera datang menjemputnya.

Untuk menyelamatkan dirinya, dia mencukur rambutnya dan menjadi seorang biarawati Buddha.

Kaisar Mingjong mengirim dekrit kekaisaran ke Jinyang dan memerintahkan Permaisuri Liu untuk bunuh diri.

Kali ini, Permaisuri Liu mengakui semua perbuatan jahat yang telah dilakukannya dan menyesal.

Dia menyadari semua kerugian yang dia timbulkan pada orang-orang yang dicintainya.

Kata-kata terakhirnya adalah, “Saya meninggalkan ayah saya dan meninggalkan suami saya. Saya harus bertanggung jawab untuk kejahatan saya. Saya telah memusnahkan kekuatan kekaisaran Li, dan saya telah memusnahkan kekuatan saya sendiri.”

Kemudian, dia gantung diri. Dia meninggal pada tahun 926 M pada usia tiga puluh satu tahun.

Permaisuri Liu diberi gelar anumerta Permaisuri Shenminjing.

Dinasti Tang Akhir tidak bertahan lama setelah kematiannya karena jatuh sebelas tahun kemudian.

Baca Juga: Kisah Permaisuri Kekaisaran Tibet Yangchen Agung, Wujudkan Kedamaian dan Kemakmuran Setelah Terjadi Pemberontakan Hebat dan Mendapat Pencerahan Karena Perbuatannya yang Dilakukannya Ini

Baca Juga: Kisah Permaisuri Xiaohuizhang, Janda Permaisuri Terlama dalam Sejarah Dinasti Qing, Tak Dapatkan Rasa Hormat dari Suaminya, Tapi Justru Mendapatkan Rasa Hormat dari Anak Tirinya

Temukan sisi inspiratif Indonesia dengan mengungkap kembali kejeniusan Nusantara melalui topik histori, biografi dan tradisi yang hadir setiap bulannya melalui majalah Intisari. Cara berlangganan via https://bit.ly/MajalahIntisari

Artikel Terkait