Intisari-Online.com - Sanksi FIFA menjadi salah satu prediksi dampak yang diperbincangkan usai terjadi tragedi Kanjuruhan pada 1 Oktober 1995 lalu.
Mengenai saksi FIFA itu, salah satunya seperti diungkapkan Ketua Save Our Soccer Akmal Marhali.
Dalam keterangannya kepada Kompas.com pada Minggu (2/10/2022), ia mengatakan bahwa Indonesia bisa terancam gagal menjadi tuan rumah Piala Dunia jika FIFA menjadikan tragedi Stadion Kanjuruhan sebagai perhatian utama.
Rupanya kekhawatiran tersebut kini dipatahkan usai adanya surat dari FIFA per tanggal 5 Oktober 2022, seperti yang disampaikan Presiden Joko Widodo.
Presiden Jokowi memastikan Indonesia tidak terkena sanksi setelah menerima surat yang ditandatangani oleh Presiden FIFA, Gianni Infantino tersebut.
"Saya telah menerima surat dari FIFA. Ini adalah tindak lanjut dari pembicaraan saya lewat telepon dengan Gianni Infantino pada 3 Oktober lalu," kata Jokowi.
"Berdasarkan surat tersebut, Alhamdulillah, sepak bola Indonesia tidak dikenakan sanksi oleh FIFA," ujar Jokowi.
Selain itu menurut Jokowi, FIFA bersama dengan pemerintah akan membentuk tim transformasi sepak bola Indonesia.
Sementara itu, dengan adanya pembentukan tim tersebut, FIFA akan berkantor di Indonesia.
Seperti yang disampaikan Wakil Sekretaris Jenderal PSSI Maaike Ira Puspita, di mana ia juga memastikan PSSI akan bergabung demi perbaikan sepak bola Tanah Air.
"Benar (akan bekerja sama dengan pemerintah, FIFA, dan AFC). FIFA akan datang terlebih dahulu, kemudian AFC pada tanggl 12. Mohon doanya, ya," ucap Maaike.
"Rencana besok (FIFA datang). FIFA dan PSSI mulai bekerja hari Senin untuk persiapan sebelum rapat)," ucap Maaike Ira Puspita.
Pada Selasa (19/10/2022) kemarin, Jokowi akhirnya bertemu dengan Gianni Infantino di Istana Merdeka.
Keduanya tampak berbincang singkat dan menanyakan kabar masing-masing.
Kemudian, keduanya berfoto di hadapan awak media dan memasuki Ruang Jepara Istana Merdeka untuk melakukan pertemuan tertutup.
Gianni Infantino merupakan presiden FIFA yang terpilih pada 2016 silam melalui Kongres Luar Biasa (KLB) FIFA yang berlangsung di Zurich, Swiss.
Infantino lahir di Brig, Swiss, pada 23 Maret 1970. Meski lahir di sana, keluarganya berasal dari Italia.
Berbakal gelar Sarjana Hukum dari Universitas Fribourg, Infantino bekerja sebagai sekretaris jenderal International Centre for Sport Studies (CIES) di Universitas Neuchatel.
Dia pun menjadi penasehat untuk Federasi Sepak Bola Italia, Spanyol, dan Swiss.
Infantino bergabung ke UEFA pada Agustus 2000 untuk mengurusi masalah hukum dalam sepak bola.
Ia naik pangkat jadi Direktur Urusan Hukum selang empat tahun kemudian.
Pada 2007, Infantino dipromosikan menjadi wakil sekretaris jenderal UEFA. Dua tahun berselang, Infantino dipercaya menduduki jabatan Sekretaris Jenderal (Sekjen).
Infantino sendiri pada 2020 lalu sempat mendapat kritik keras dari eks Presiden FIFA, Sepp Blatter, karena dinilai mata duitan.
Ia mengatakan bahwa Gianni Infantino hanya ingin menjadikan sepak bola sebagai mesin uang yang besar.
Hal itu diungkapkan Blatter saat diwawancarai Keystone-ATS, kantor berita Swiss.
"Tampaknya Gianni Infantino ingin membuka jalan bagi Kepresidenan," ucap Blatter, sebagaimana dilansir Football Italia (2/6/2020).
"Dia ingin mengubah sepak bola menjadi mesin uang yang besar. Dia ingin semuanya menjadi lebih besar," ujarnya.
Ia kemudian mengambil contoh terkait kasus Piala Dunia yang akan dihelat pada 2026.
Sebelumnya, ajang sepak bola paling akbar di dunia itu hanya terdiri dari 32 negara, termasuk Piala Dunia 2022 di Qatar nanti.
Namun, Infantino dan FIFA mengubah ketentuan tersebut, dengan Piala Dunia 2026 total pesertanya menjadi 48 negara.
"Piala Dunia yang terdiri dari 48 tim, proyek utama diganti namanya karena dia ingin uang tiga kali lebih banyak," kata Blatter melanjutkan.
Selain itu, Piala Dunia Antarklub, yang semula hanya diikuti maksimal tujuh tim, juga diubah menjadi 24 peserta per 2021.
"Piala Dunia Antarklub dengan 24 tim. Piala Dunia Wanita dari 24 menjadi 32 tim."
"Itu tidak mungkin, terlalu berat untuk dicerna," ujar Blatter.
Tak hanya itu, Blatter mengatakan bahwa Infantino seperti "megalomania". "Infantino bermain dengan dirinya sendiri karena dia dijiwai dirinya sendiri," ucapnya.
"Dia telah menjadi megalomania. Dalam sifat arogannya, dia tidak lagi berbicara sebagai presiden asosiasi," kata Blatter.
Untuk diketahui, Sepp Blatter mengundurkan diri dari jabatan Presiden FIFA pada 2015.
Baca Juga: Disambangi Presiden FIFA Usai Tragedi Kanjuruhan, Presiden Jokowi Buat Kesepatan Ini dengan FIFA
(*)