Intisari-online.com - Sejak dua hari lalu, isu mengenai perang Rusia Ukraina mendadak menjadi perbincangan publik.
Hal ini lantaran situasinya yang semakin berbahaya, usai Rusia perintahkan turunkan 2 juta tentara cadangannya, pada Kamis (21/9/22).
Tak hanya itu memanasnya situasi ini juga memicu isu perang nuklir yang mencuat ke permukaan.
Barat menuduh Rusia hanya bisa menang jika menggunakan senjata nuklirnya dalam perang Rusia Ukraina.
Namun, menanggapi isu mengenai perang nuklir Rusia membuat klarifikasinya seperti dimuat RT, Jumat (23/9/22).
Moskow tidak membuat ancaman nuklir terhadap siapa pun.
Tetapi mendesak Barat untuk menahan diri dari campur tangan dalam serangan militer Rusia di Ukraina, Wakil Menteri Luar Negeri Sergey Ryabkov mengatakan pada hari Jumat.
Dalam pidato video pada konferensi yang menandai peringatan 60 tahun Krisis Rudal Kuba.
Ryabkov mengatakan Moskow telah memperhatikan reaksi menyakitkan Washington terhadap Rusia yang menempatkan persenjataan nuklirnya dalam siaga tempur tinggi pada Februari.
"Kami menjelaskan bahwa kami tidak mengancam siapa pun dengan senjata nuklir," kata Ryabkov.
Yang mengacu pada doktrin militer Rusia, yang mengatur penggunaan senjata nuklir untuk membela diri ketika ada ancaman eksistensial terhadap negara.
Pada saat yang sama, kata Ryabkov, Rusia memperingatkan Barat bahwa ada risiko terhadap campur tangannya di Ukraina.
Ia sangat mendesak AS untuk menghindari situasi yang dapat mengarah pada bentrokan militer langsung dengan Rusia.
Ryabkov juga menuduh Washington sengaja "menurunkan ambang batas nuklir," dan "menerapkan program destabilisasi untuk memodernisasi potensi nuklirnya."
Presiden Rusia Vladimir Putin memerintahkan unit darat negara yang dilengkapi dengan rudal balistik antarbenua, serta kapal dari Armada Utara dan Pasifik, dalam siaga tempur tinggi.
Dia mengaitkan keputusan itu dengan sanksi tidak sah terhadap Moskow dan pernyataan agresif oleh pejabat AS dan Uni Eropa.
Pada gilirannya, Gedung Putih menuduh Putin membuat ancaman yang tidaknyata untuk membenarkan agresi lebih lanjut.
Pada hari Rabu, Putin mengumumkan mobilisasi sebagian pasukan cadangan dan mengklaim negara itu sekarang memerangi seluruh mesin militer Barat di Ukraina.
Presiden AS Joe Biden mengutuk pernyataan pemimpin Rusia itu.
Dalam pidato Majelis Umum PBB, yang dengan cepat ditulis ulang setelah pidato Putin, menurut Politico, pemimpin Amerika itu menuduh mitranya dari Rusia membuat ancaman nuklir yang tidak bertanggung jawab untuk menggunakan senjata nuklir.