Advertorial

Bukan Rudal Hipersonik Apalagi Senjata Nuklir, Inilah Senjata 'Remeh' Rusia yang Membuat Ukraina Kerepotan

Afif Khoirul M
Afif Khoirul M

Editor

Baik Rusia dan Iran telah berulang kali membantah informasi bahwa kedua negara berpartisipasi dalam penjualan UAV.
Baik Rusia dan Iran telah berulang kali membantah informasi bahwa kedua negara berpartisipasi dalam penjualan UAV.

Intisari-online.com - Banyak senjata militer dikerahkan dalam pertempuran Rusia-Ukraina.

Salah satunya ada senjata yang berhasil membuat Ukrainakerepotan untuk menghadapinya, senjata itu adalah drone Iran.

Drone Iran, meskipun tidak secanggih AS, Inggris, Israel, China, dan bahkan Rusia, masih membawa ketidaknyamanan taktis bagi pasukan darat Ukraina.

The Wall Street Journal (WSJ) melaporkan bahwa Angkatan Bersenjata Ukraina (UAF) mencatat kerusakan signifikan.

Disebabkan oleh kendaraan udara tak berawak (UAV) Shahed-136 Iran pada sistem lapis baja dan artileri di wilayah Kharkiv.

Kolonel Rodion Kulagin, komandan artileri di Brigade Mekanik ke-92 Ukraina, mengatakan UAV Shahed-136 Iran, yang dicat ulang dengan warna Rusia dan diberi nama Geranium 2, mulai muncul di posisi lapis baja dan artileri Ukraina di Kharkiv.

"UAV ini menghancurkan empat howitzer self-propelled (baik 152 mm dan 122 mm) serta dua kendaraan infanteri lapis baja BTR," kata Rodion Kulagin.

Baik Rusia dan Iran telah berulang kali membantah informasi bahwa kedua negara berpartisipasi dalam penjualan UAV.

Namun, kemampuan UAV Teheran sulit disangkal.

UAV Iran, meski tidak secanggih sistem serupa dari AS, Inggris, Israel, China, dan bahkan Rusia, dapat membawa ketidaknyamanan taktis bagi pasukan darat Ukraina.

"UAV Shahed-136 asal Iran dapat menukik ke target di darat tanpa peringatan apa pun," katanya.

"Saya telah menyaksikan jenis senjata ini merobek howitzer M777 (senjata yang dikembangkan oleh Amerika Serikat) menjadi dua," kata Kolonel Rodion Kulagi.

Baca Juga: Perang Rusia Ukraina Makin Berbahaya, NATO Singgung Soal Penggunaan Senjata Nuklir Rusia, Begini Jawaban Rusia

Menurut Kulagin, metode tempur militer Rusia saat ini adalah alih-alih menembakkan 100 peluru, ia hanya meluncurkan UAV.

Drone kemudian akan mencari dan menyerang target.

"UAV saat melakukan serangan sangat akurat sehingga mereka dapat menargetkan menara senjata self-propelled, yang berisi peluru," katanya.

"Serangan itu akan membuat ledakan sekunder dari dalam senjata dan menghancurkannya. Ini adalah masalah serius, dan tanpa tindakan cepat, drone ini akan menghancurkan seluruh tentara Ukraina," kata Kulagin.

Penggunaan UAV Iran di Ukraina menandai lompatan teknologi dan geopolitik untuk industri pertahanan Teheran.

Namun, senjata ini juga memperlihatkan celah di komponen drone global dan pasar teknis.

Banyak perangkat dasar yang tersedia untuk dideteksi di UAV Iran berasal dari sekutu AS dan negara-negara Barat.

Saat ini UAV Iran dapat menjangkau hampir semua tempat di Timur Tengah dengan membawa lebih banyak bahan bakar dan menggunakan navigasi satelit.

Model UAV paling canggih termasuk Shaded-129, Fotros, Saeqeh-2 dan Mohajer-6.

Beberapa model UAV dikatakan memiliki jangkauan hingga 1.000 km dan waktu penerbangan hingga 24 jam.

Sebagian besar UAV dapat membawa bom berpemandu mini dan akan segera dipersenjatai dengan rudal yang mampu mencapai target hingga 8 km jauhnya.

Dalam beberapa tahun terakhir, Iran telah mengekspor UAV ke negara-negara seperti Ethiopia dan Venezuela.

Teheran juga memasok sejumlah besar UAV ke proxy di Timur Tengah, dari Hizbullah di Lebanon hingga Houthi di Yaman.

Ini juga yang menjadi alasan AS mengembargo program UAV Iran pada Oktober 2021.

Tidak hanya itu, Iran juga mendirikan pabrik UAV di Tajikistan, turut memperkuat posisi Teheran sebagai pembangkit tenaga UAV di kawasan.

Artikel Terkait