"Hijab adalah simbol penindasan ini," sambungnya.
Amini, dirinya pernah ditangkap oleh polisi moral, mengatakan demonstrasi yang saat ini mengguncang Iran lebih dari sekadar aturan berpakaian.
Kematian Mahsa Amini telah memicu kemarahan yang terpendam atas berbagai masalah termasuk kebebasan pribadi di Republik Islam dan ekonomi yang terguncang akibat sanksi.
Wanita telah melepas kerudung mereka selama empat hari protes, dengan beberapa memotong rambut mereka di depan umum.
Menurut salah satu aktivis Iran, yang tidak ingin disebutkan namanya, masalah lain dengan kebijakan jilbab saat ini adalah tidak menghormati berbagai bentuk pakaian yang dikenakan oleh berbagai kelompok etnis dan agama di Iran.
Sebaliknya, pemerintah mencoba mempromosikan cadar hitam, selembar kain besar, yang hanya memperlihatkan wajah.
"Pemerintah Islam bahkan tidak menyetujui jenis jilbab dan pakaian tradisional lainnya di kelompok etnis lain," katanya.
"Mereka bahkan menindas orang-orang yang benar-benar menjalankan agama mereka," katanya.
Iran adalah masyarakat yang sangat campuran, terdiri dari Persia, Kurdi, Azerbaijan, Lurs, Gilakis, Arab, Balochi, dan Turkmenistan.
Masing-masing memiliki pakaian tradisionalnya sendiri dan mengenakan jilbab dengan cara yang berbeda, berganti warna, pola dan gaya.
Namun, Amini dengan cepat menunjukkan bahwa jilbab di Iran bukan masalah budaya.
"Setiap kali kita berbicara tentang aturan berpakaian wanita dan hak-hak mereka di Iran, pemerintah selalu menjawab bahwa ini adalah budaya Iran," katanya.
"Ini bukan budaya, ini kekuatan," sambungnya.
Source | : | Euronews |
Penulis | : | Afif Khoirul M |
Editor | : | Afif Khoirul M |
KOMENTAR