Intisari-Online.com – Saat usianya 19 tahun, Ratu Elizabeth II, yang ketika itu masih Putri Elizabeth, menjadi anggota wanita pertama dari Keluarga Kerajaan Inggris yang bergabung dengan militer.
Elizabeth yang masih berusia 13 tahun saat Perang Dunia II dimulai, bertekad membantu upaya perang dengan cara apa pun yang dia bisa.
Tujuh puluh enam tahun kemudian, Elizabeth adalah kepala negara terakhir yang hidup melalui konflik itu.
Inilah empat cara yang pernah dilakukan gadis remaja dari Keluarga Kerajaan Inggris itu yang secara aktif melayani negaranya selama Perang Dunia II.
1. Pengeboman dan penyiaran
Pada tanggal 8 September 1940, Luftwaffe menjatuhkan bom seberat 50 kilogram yang mendarat di halaman Istana Buckingham.
Ditempatkan di pusat kota London, Istana menjadi target yang dicurigai untuk kampanye Luftwaffe selama beberapa waktu.
Tetapi lima hari kemudian, lima bom mengguncang kastil.
Raja dan Ratu yang ketika itu sedang minum the, untungnya tidak terluka karena ledakan itu, namun ini terus meningkatkan semangat komunitas dan meningkatkan moral mereka yang tidak dapat melarikan diri dari ibu kota ke pedesaan.
Setelah nyaris celaka, Keluarga Kerajaan kemudian disarankan untuk melarikan diri dari negara itu dan mencari keselamatna di tempat yang lebih jauh dari konflik yang sedang berlangsung.
Namun, Sang Ratu menolak meninggalkan sisi suaminya dan bersikeras agar Putri Elizabeth dan Margaret tetap bersama keluarga mereka.
Jadilah, keluarga Kerajaan itu tetap tinggal di Inggris, berpindah-pindah antaristana, selama perang berlangsung.
Satu bulan kemudian, Elizabeth dan adik perempuannya, Margaret, memberikan pidato kerajaan pertama mereka sebagai bagian dari tayangan Jam Anak BBC.
Berbicara kepada anak-anak persemakmuran dan pengungsi, kedua putri itu berbicara tentang pentingnya dukungan pasukan yang berperang di luar negeri.
Dukungan pasukan itu juga diperlukan untuk memastikan bahwa mereka memiliki kesempatan terbaik untuk kembali dengan selamat.
Penolakan keluarga kerajaan untuk mundur dalam menghadapi pemboman Jerman meningkatkan dukungan publik dan pandangan terhadap mereka, bahwa sesuatu akan terbukti berguna ketika efek penuh dari perang mulai terasa.
2. Menggali untuk kemenangan
Tidak lama kemudian, Elizabeth dan saudara permepuannya, kembali ke media untuk menggalang dukungan bagi upaya perang.
Pada usia 14 tahun, dia difoto membawa sekop dan mengambil bagian dalam kampanye Dig for Victory, melansir Sky History.
Bersama dengan anjing Corgi di gerobak rotan, gambar para putri itu melakukan bagian mereka untuk upaya perang mendorong keluarga lain di seluruh negeri untuk ikut serta dalam kampanye Dig for Victory.
Dengan meningkatnya penjatahan dan pembatasan makanan dan kebutuhan untuk setiap orang dan semua ruang penyimpanan yang tersedia untuk amunisi, keluarga di seluruh Inggris didorong untuk mengambil sekop dan menggali kebun mereka, taman lokal, dan ruang hijau lainnya untuk menanam makanan dan memelihara ternak.
3. Bergabung dalam Angkatan Darat Inggris
Saat perang berlangsung, Elizabeth semakin bersemangat untuk terlibat dan melakukan bagiannya untuk menunjukkan dukungan.
Banyak keengganan Raja, tetapi Elizabeth mendaftar ke Auxiliary Territorial Service (ATS) tak lama setelah dia berusia 18 tahun.
ATS merupakan cabang wanita Angkatan Darat Inggris selama Perang Dunia II.
Awalnya, sebuah layanan sukarela, ATS mulai mewajibkan wanita yang belum menikah di bawah usia 30 tahun untuk bekerja di pertanian dan industri untuk menghentikan kesenjangan dan mengkompensasi kekurangan tenaga kerja di Inggris.
Berbasis di kamp pelatihan di Camberly, Surrey, Elizabeth dilatih sebagai mekanik dan pengemudi untuk Unit Windsor Subaltern Kedua.
Meskipun menghabiskan hari di kamp, Elizabeth cukup dekat dengan Kastil Windsor sehingga dia dapat kembali di penghujung hari dan tidur di tempat tidurnya sendiri, menghindari ranjang yang seharusnya tidur bersama anggota lain.
4. Memimpin dengan memberi contoh
Elizabeth terus memimpin dengan memberi contoh untuk meningkatkan moral dan inspirasi di Inggris pascaperang.
Masih dicengkeram kekurangan makanan, juga tenaga kerja, Inggris hidup di masa penghematan yang ekstrem.
Keluarga Kerajaan tidak dibebaskan dari tindakan yang membatasi makanan dan pakaian.
Pada tahun 1947 Elizabethh dengan patuh menyimpan kupon jatah pakaiannya untuk membayar gaun pengantinnya sendiri.
Dengan suplemen 200 kupon dari pemerintah, gaun Elizabeth membutuhkan 350 wanita selama tujuh minggu untuk dibuat dan berharga £30.000.
Anggota masyarakat sangat bersemangat bahkan mengirim kupon pakaian mereka sendiri untuk sang putri untuk membantu menutup biaya.
Namun, karena transfer kepemilikian kupon adalah ilegal, maka setiap donasi dikirimkan kembali ke pemilik aslinya dengan surat ucapan terima kasih.
Temukan sisi inspiratif Indonesia dengan mengungkap kembali kejeniusan Nusantara melalui topik histori, biografi dan tradisi yang hadir setiap bulannya melalui majalah Intisari. Cara berlangganan via https://bit.ly/MajalahIntisari