Intisari-Online.com -Amerika Serikat tengah berduka. 50 penduduknya tewas dan 53 lainnya luka-luka dalam aksi penembakan di sebuah kelab malam khusus kaum gay di Orlando, Amerika Serikat. Seperti dilaporkan Daily Mail, senapan AR-15 adalah senjata yang digunakan si pelaku dalam aksi teror tersebut.
Omar Mateen, si pelaku, datang seorang diri dengan membawa “senjata pilihan di AS” yang disebut AR-15 itu ke dalam ruang tertutup dan penuh sesak. Mateen membeli senjata itu secara ilegal, yang memang dengan gampang diperoleh di AS, termasuk di Orlando, Florida.
AR-15 merupakan akronim dari Armalite Rifle model 15 dan termasuk senapan semi otomatis, yang mirip dengan senapan otomatis M16 atau karabin M14 yang dipasarkan untuk militer dan sipil. Di AS, senapan itu dikenal dengan nomor model mereka. Armalite adalah perusahaan perakit senjata di AS, dan pada tahun 1959, ArmaLite menjual hak produksi AR-10 dan AR-15 ke Colt.
Eugene Stoner, Jacques Michault, Melvin Johnson, Robert Fremont dan Jim Sullivan adalah beberapa desainer yang pernah terlibat dalam pengembangan sejata itu. Selain Mateen, senapan AR-15 sudah sering digunakan untuk penembakan massal mematikan sebelumnya.
Pada 2 Desember 2015, senjata yang sama juga digunakan Syed Rizwan Farook dan istrinya, Tashfeen Malik, untuk membunuh 14 orang dan melukai 22 orang lain dalam serangan di San Bernadino, California. Chirstopher Herper Mercer juga menggunakan senjata yang sama ketika ia menembak di Roseburg, Oregon. Akibat penembakan tersebut, seorang asisten profesor dan delapan mahasiswa tewas di ruang kuliah di Umpqua Community College, Roseburg.
Dua tahun sebelumnya, 7 Juni 2013, John Zahahri dengan senjata yang sama, AR-15, juga menyerang Santa Monica Community College di luar Los Angeles, Florida. Zahari membunuh lima orang dan melukai empat lainnya, sebelum akhirnya ia ditembak mati polisi. Para pelaku dalam dua insiden berbeda sebelumnya, yakni pada 20 Juli 2016 di Aurora, Colorado, dan 14 Desember 2012 juga menggunakan AR-15.(Kompas.com)