Intisari-Online.com - Amerika Serikat (AS) merupakan negara dengan kekuatan militer terbesar di dunia.
Meski demikian, nyatanya AS masih membutuhkan sekutu dan mitra untuk melawan kekuatan China di Indo-Pasifik.
Alasan AS membutuhkan sekutu dan mitra untuk melawan kekuatan China di Indo-Pasifik kemudian dibahas dalam artikel berjudul Why Super Power US Needs Allies & Partners To Counter Upcoming Super Power China In The Indo-Pacific oleh Prakash Nanda yang tayang di The EurAsian Times, Sabtu (27/8/2022).
AS saat ini dihadapkan dengan kekuatan militer dan konflik yang berkembang yang diakibatkan oleh China di Indo-Pasifik.
AS pun kemudian menggalang dukungan dari sekutu dan mitranya di kawasan tersebut untuk mengembangkan pencegahan yang semakin “terintegrasi.”
Hal itu seolah menjadi “proyeksi kekuatan holistik” melalui sinergi dengan mitra-mitranya untuk mempertahankan “Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka.”
Melansir The EurAsian Times, Sabtu (27/8/2022), di Indo-Pasifik, AS memiliki lima aliansi perjanjian regional — dengan Australia, Jepang, ROK (Korea Selatan), Filipina, dan Thailand.
Sementara kekuatan regional terkemuka yang disebut AS sebagai “mitra” termasuk India, Indonesia, Malaysia, Mongolia, Selandia Baru, Singapura, Taiwan, Vietnam, dan Kepulauan Pasifik.
Proyeksi kekuatan holistik telah ditampilkan dalam beberapa latihan militer multilateral penting (selain yang bilateral) yang melibatkan sekutu dan mitra dalam beberapa bulan terakhir.
Saat ini, Royal Australian Air Force (RAAF) menyelenggarakan “Exercise Pitch Black” (19 Agustus 2022 hingga 08 September 2022), sebuah latihan multinasional dua tahunan.
Hampir 2.500 personel dari lebih dari 17 negara dan 100 pesawat terlibat dalam latihan tempur Offensive Counter Air (OCA) dan Defensive Counter Air (DCA).
Negara-negara yang hadir antara lain AS, India, Inggris, Prancis, Jerman, Prancis, UEA, Malaysia, Selandia Baru, Indonesia, Singapura, Jepang, Republik Korea, Filipina, Thailand, Kanada, dan Belanda.
Penulis | : | Tatik Ariyani |
Editor | : | Tatik Ariyani |
KOMENTAR