Intisari-Online.com - Sejak perang Rusia dan Ukraina, ada banyak negara yang menjauhkan diri dari Rusia.
Hal ini dikarenakan Rusia menerima banyak sanksi setelah perang Rusia dan Ukraina.
Namun masih ada beberapa negara yang menyatakan mendukung Rusia. Salah satunya adalah Turki.
Bahkan Turki sempat menolak permintaan masuknyaSwedia dan Finlandia menjadi anggota NATO.
Akan tetapi, memasuki bulan ke-6 perang berlangsung, sepertinya kini Turki mulai berbalik arah.
Benarkah Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menusuk Presiden Rusia Vladimir Putin dari belakang?
Dilansir dariexpress.co.uk pada Sabtu (27/8/2022), seorang pejabat dari Turki dilaporkan akanbertemu dengan Swedia dan Finlandia.
Disebutkan bahwa tujuannya adalah untukmembahas rencana mereka untuk bergabung dengan NATO.
Jika benar informasi tersebut, maka mangkah tersebut dapat membuka jalan bagi negara-negara Nordik (negara yang menempati wilayah di Eropa Timur dan Atlantik Utara) untuk bergabung dengan aliansi pertahanan dan membantu memerangi ancaman dari Rusia.
Tetapi mereka menghadapi tentangan dari Turki.
Turkimenuduh mereka memberlakukan embargo senjata pada mereka dan mendukung kelompok yang dianggap teroris.
Tetapi Turki mencabut penentangannya terhadap aplikasi keanggotaan NATO dari Finlandia dan Swedia pada bulan Juni 2022 kemarin.
Meski begitu,Kementerian Luar nNgeri Finlandia tetap bungkam tentang pertemuan Jumat. Mereka bahkan menolak untuk mengungkapkan lokasi atau bahkan waktunya.
Sekretaris negara Haavisto Jukka Salovaara hanya mengatakan kepada penyiar publik Finlandia YLE, "Ini masalah keamanan."
"Jika kita akan memberi tahu di mana pejabat tinggi Turki berada pada waktu itu, itu akan memberikan gambaran yang cukup ceroboh tentang kita."
Apa yang terjadi antara Turki denganSwedia dan Finlandia masih belum jelas.
SebelumnyaMenteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu telah menuntut Swedia dan Finlandia mengekstradisi tersangka yang dicari Turki atas tuduhan terkait terorisme.
Sementara itu, negara-negara Nordik berpendapat mereka tidak menyetujui ekstradisi tertentu dengan menandatangani memorandum.
Turki memang menuduh negara-negara Nordik menyembunyikan individu yang terkait dengan kelompok militan Partai Pekerja Kurdistan (PKK) dan pengikut ulama Turki yang dituduh mendalangi upaya kudeta pada 2016.
Sementara Rusia sendiri telah berulang kali memperingatkan Finlandia dan Swedia agar tidak bergabung dengan NATO.
Bahkan Rusia sudah mengancam dengan mengatakan "konsekuensi militer dan politik yang serius".
Swedia dan mitra militer terdekatnya, Finlandia, sampai sekarang tetap berada di luar NATO, yang didirikan pada tahun 1949 untuk melawan Uni Soviet dalam Perang Dingin.
Turki sendiri merupakan militer terbesar kedua di NATO.
Selama bertahun-tahun Turki telah mengkritik Swedia dan negara-negara Eropa lainnya atas penanganan mereka terhadap organisasi yang dianggap teroris oleh Turki, termasuk pengikut ulama Islam Fethullah Gulen yang berbasis di AS.