‘Kapal Pemakaman’, Tradisi Pemakaman Bangsa Viking, Salah Satu Cara Hormati Kematian, Agar Perjalanan ke Alam Baka Lebih Aman, Bersama Barang-barang Kesayangan Termasuk Budaknya

K. Tatik Wardayati

Editor

Rekonstruksi Kapal Oseberg sebagai kapal pemakaman bangsa Viking di Museum Kapal Viking.
Rekonstruksi Kapal Oseberg sebagai kapal pemakaman bangsa Viking di Museum Kapal Viking.

Intisari-Online.com – Sejarah mengenal bangsa Viking sebagai bangsa yang selalu meninggalkan jejak berdarah dalam setiap penaklukan mereka.

Viking membuat tanda berdarah tapi singkat dalam sejarah ratusan yang lalu melalui gaya hidup nomaden dan praktik liar pemerkosaan, penjarahan, dan penaklukan ap apun atau siapa pun yang melintasi jalan mereka.

Para pengembara ini sering dianggap sebagai orang biadab saat mereka bepergian ke seluruh Eropa, tetapi orang-orang Viking sangat menghargai kehidupan (dan kematian) rekan-rekan Norsemen mereka.

Lalu, bagaimana mereka menghormati kematian mereka?

Untuk mengungkapkan ritual pemakaman Viking yang tepat itu tidak mudah, karena mereka menyimpan sedikit catatan tertulis tentang kehidupan dan kematian mereka.

Tetapi berkat beberapa catatan yang tersisa, dan sisa-sisa arkeologi yang ditemukan di sebagian besar Eropa, dimungkinkan untuk menghidupkan kembali beberapa dari tradisi pemakaman mereka.

Kremasi, yang sering dilakukan di atas tumpukan kayu pemakaman, sangat umum dilakukan di kalangan Viking paling awal.

Mereka percaya asap api akan membantu membawa almarhum ke alam baka.

Setelah dikremasi, jenazah juga bisa dikubur, biasanya di dalam guci.

Untuk jenazah yang dikubur dan dikremasi, lokasi pemakaman sangat beragam, mulai dari kuburan yang digali secara dangkal, yang biasanya sering digunakan untuk wanita dan anak-anak, hingga gundukan pemakaman yang dapat menampung banyak jenazah.

Pengelompokan gundukan atau ‘ladang kuburan’ memiliki peran yang hampir sama dengan kuburan.

Dalam mitologi Nordik, perahu atau kapal melambangkan perjalanan yang aman ke alam baka dengan kapal yang sama yang membantu perjalanan mereka dalam kehidupan, maka ini pun memainkan peran kunci dalam upacara pemakaman.

Beberapa gundukan kuburan dibangun menyerupai kapal, dengan batu yang digunakan untuk menguraikan bentuk kapal.

Untuk orang Nordik berpangkat tinggi lainnya, penghargaan itu selangkah lebih maju, dan mereka dikuburkan dengan perahu yang sebenarnya.

Tetapi jenis kapal pemakaman yang rumit tidak hanya diperuntukkan bagi pria.

Salah satu kapal pemakaman yang paling borok untuk menghormati dua wanita, yang kemungkinan meninggal sekitar tahun 834 M, yang dikenal sebagai ‘kapal Oseberg’.

Kapal Oseberg ini dikenal sebagai salah satu artefak Viking yang paling bertahan lama.

Orang Viking dikenal dengan keahlian yang digunakan untuk membuat kapal mereka secara umum, ukuran, dan detail Oseberg yang sangat luar biasa.

Panjangnya 21,34 meter dan lebarnya hampir 5,18 meter, kapal itu memiliki 15 dayung di setiap sisinya, sebuah tiang pinus yang tingginya lebih dari 9,14 meter, dan cukup luas untuk memuat 30 orang.

Bertentangan dengan kepercayaan populer, kapal pemakaman itu jarang dikirim ke laut, kemungkinan karena biaya pembuatan kapal panjang legendaris ini mahal.

Jadi tidak mungkin ada banyak kapal yang berlayar dan kemudian dibakar oleh panah api yang ditembakkan dari pantai.

Terlepas bagaimana tubuh itu ‘dibuang’, beberapa ritual tetap hampir konstan.

Jenazah dibungkus dengan pakaian baru yang disiapkan khusus untuk pemakaman, dan sebuah upacara diadakan dengan menampilkan lagu, nyanyian, makanan, dan alkohol.

Upeti dan hadiah, yang dikenal sebagai ‘barang kuburan’ dan biasanya bernilai sama dengan status almarhum, dikubur atau dibakar bersama pemiliknya.

Barang-barang ini secara keseluruhan, termasuk senjata hingga perhiasan, hingga budak, melansir History.

Satu situs Viking di Flakstad, Norwegia, berisi banyak mayat (beberapa dipenggal) dalam satu kuburan.

Berdasarkan analisis diet dan DNA mereka, ditetapkan bahwa mereka kemungkinan besar adalah budak yang telah dikorbankan untuk menghabiskan kekekalan dengan mantan majikan mereka.

Wanita sering diambil sebagai budak seks sebagai bagian dari budaya Viking, sehingga gagasan bahwa mereka akan dikorbankan dengan tuannya adalah layak.

Menurut laporan berdasarkan laporan dari penjelajah Abad Pertengahan Ahmad ibn Fadlan, salah satu contoh pemakaman seorang kepala suku Viking termasuk seorang budak wanita korban yang dipaksa minum alkohol dalam jumlah berlebihan, dengan alkohol dalam jumlah besar, kemudian diperkosa oleh setiap orang di desa sebagai penghormatan kepada almarhum.

Lalu, dia dicekik dengan tali, ditikam oleh ibu pemimpin desa (yang dikenal sebagai Malaikat Maut), kemudian ditempatkan di perahu bersama tuannya dan dibakar.

Baca Juga: Tiang Totem Pemakaman, Ritual Pemakaman Kuno Suku Haida yang Sederhana untuk Rakyat Jelata, Jenazahnya Diperlakukan Seperti Ini Agar Muat dalam Kotak Kecil yang Akan Ditaruh di Tiang Totem

Baca Juga: ‘Peti Mati Fantasi’, Tradisi Pemakaman di Ghana yang Mahal dengan Desain Peti Mati yang Cerminkan Pemakainya, Demi Menghormati Orang yang Meninggal dengan Cara yang Tepat

Temukan sisi inspiratif Indonesia dengan mengungkap kembali kejeniusan Nusantara melalui topik histori, biografi dan tradisi yang hadir setiap bulannya melalui majalah Intisari. Cara berlangganan via https://bit.ly/MajalahIntisari

Artikel Terkait