'Bersembunyi' 30 Tahun di Pulau Morotai Indonesia dan Tak Tahu Perang Sudah Berakhir, Begini Kisah 'Pria Kesepian' Prajurit Terakhir Perang Dunia II

Muflika Nur Fuaddah
Muflika Nur Fuaddah

Editor

Teruo Nakamura, Prajurit Perang Dunia II yang Bertahan di Posnya Selama 30 Tahun
Teruo Nakamura, Prajurit Perang Dunia II yang Bertahan di Posnya Selama 30 Tahun

Intisari-Online.com- Tahukah Anda mengenai kisah prajurit terakhir dari yang terakhir dan terus 'berperang' meski Perang Dunia II telah usai?

Namanya adalah Teruo Nakamura, dia tidak percaya bahwa perang sudah berakhir dan tinggal dalam gubuk kecildi Pulau Morotai Indonesia sampai ditemukan pada 1974.

Pada 1970-an, Perang Dunia II telah berakhir selama hampir tiga dekade.

Kebanyakan tentara muda Jepang lainnya sudah kembali kembali ke rumah dan mulai membangun rumah tangga.

Namun pada 18 Desember 1974, tersiar kabar bahwa ada satu prajurit yang tidak pernah mendapatkan memo berakhirnya perang.

Teruo Nakamura lahir sebagai Attun Palalin pada 8 Oktober 1919 di Taiwan.

Juga disebut Suniuo, dia adalah anggota suku Amis, kelompok Pribumi Taiwan.

Tetapi ketika ia mendaftar di Unit Sukarelawan Takasago Tentara Kekaisaran Jepang pada November 1943 dan segera ditempatkandi Pulau Morotai.

Pada 15 September 1944, pasukan Amerika dan Australia menyerang pulau itu dalam misi Pertempuran Morotai.

Tentara Jepang berjuang keras hingga banyak nyawa yang melayang.

Banyak dari orang-orang yang tersisa menyerah kepada pasukan Sekutu, tetapi beberapa mundur ke pedalaman hutan lebat.

Sementara itu, unit Nakamura diperintahkan untuk melakukan perang gerilya.

Selama beberapa bulan berikutnya, banyak sisa-sisa anggotaTentara Jepang ditangkap, diserahkan, atau meninggal.

Tetapi Teruo Nakamura tetap bersama sekelompok kecilnya yang tersesat danterus mengikuti perintah meskipun tak tahu bagaimana caranya berkomunikasi dengan dunia luar.

Karena Nakamura tidak melapor,Tentara Jepang menyatakan dia meninggal pada 13 November 1944.

Teruo Nakamura Bertahan Hidup dengan Makan Pisang dan MemancingIkan

Teruo Nakamura tinggal bersama beberapa tentara Jepang lainnya di Pulau Morotai selama dua belas tahun.

Karena mereka kehilangan kontak radio dengan komandan mereka, mereka tidak tahu perang telah berakhir.

Ketika selebaran dijatuhkan di atas pulau Morotai pada1945 yang menyatakan bahwa Jepang telah menyerah dan perang telah berakhir, Nakamura dan rekan-rekannya menganggapnya sebagai propaganda musuh.

Nakamura yakin perang masih terjadi lantaranpesawat terbang yang terus-menerus terbang di atas Morotai.

Ketika pesawat perlahan menjadi modern,dia berasumsi ada perlombaan senjata yang terjadi antara kekuatan Sekutu dan Poros.

Pada kenyataannya, ada pangkalan Angkatan Udara Indonesia di dekatnya, dan dia melihat penerbangan latihan sehari-hari.

Pada tahun 1956, Nakamura meninggalkan rekan-rekan pasukannya danmembangun gubuk kecil di ladang.

Diabertahan hidup dengan menanam ubi jalar dan memakan pisang dari pohon.

Dia menghibur dirinya dengan memancing dan mengutak-atik sempoa yang dia buat.

Dia memasak hanya saat hari gelap agar musuh tidak melihat asap dari apinya.

Teruo Nakamura menghitung hari-hari yang berlalu dengan mengamati siklus bulan, dan menghitung bulan serta tahun denganmengikat simpul di tali.

Hingga padapada 18 Desember 1974, tersiar kabar bahwa satu orang tentara Jepang tidak pernah mendapatkan memo akhir perang.

Baca Juga:Sejarah, Tujuan, dan Penjelasan Pembentukan BPUPKI Secara Lengkap

(*)

Artikel Terkait