Bak Kena Senjata Makan Tuan, Siapa Sangka Sekeras Apapun Barat Bekerja Keras Untuk Bantu Ukraina Hadapi Rusia Justu Akhirnya Gagal Total, Presiden Negara Ini Malah Ungkap Situasi Terbalik Ini

Afif Khoirul M
Afif Khoirul M

Editor

Ilustrasi konfrontasi pasukan Rusia kepada pasukan NATO di Yugoslavia
Ilustrasi konfrontasi pasukan Rusia kepada pasukan NATO di Yugoslavia

Intisari-online.com - Perang Rusia Ukraina masih berlangsung hingga sekarang dengan kemanangan yang belum bisa dipastikan.

Meski Ukraina telah dibantu Barat, nyatanya Rusia tetap berada di atas angin.

Sementara itu, laporan serupa juga diungkapkan oleh presiden dari negara lain.

Perdana Menteri Hongaria Viktor Orban tidak percaya Barat dapat mencapai tujuan militernya di Ukraina.

Dia mengatakan sanksi Uni Eropa terhadap Rusia gagal.

Dalam wawancara dengan majalah Jerman Tichys Einblick, Orban mengatakan bahwa Uni Eropa (UE) akan melemah di panggung internasional setelah konflik di Ukraina berakhir.

Pemimpin Hungaria itu mengatakan bahwa Barat tidak dapat mencapai tujuannya di Ukraina secara militer dan sanksi yang dijatuhkan kepada Rusia telah gagal.

Lebih buruk lagi, langkah-langkah ini menjadi bumerang dan merugikan UE sendiri, kata Orban.

Orban mengatakan "sebagian besar dunia" jelas tidak berpihak pada AS dalam konflik di Ukraina, misalnya "China, India, Brasil, Afrika Selatan, dunia Arab, Afrika".

"Ada kemungkinan bahwa konflik di Ukraina akan secara tegas mengakhiri dominasi Barat," kata Orban, menurut RT.

Sementara itu, negara-negara non-UE diuntungkan dan Rusia tidak banyak terpengaruh karena "memiliki sumber energi sendiri".

Orban mengatakan Eropa telah mengurangi impor energinya dari Rusia, tetapi keuntungan Gazprom masih melonjak.

Baca Juga: Padahal Saksikan Ukraina 'Dibantai' Rusia Tanpa Ampun, Diam-Diam 6 Negara Besar Eropa Kini Malah Seolah 'Tutup Mata' Ogah Lagi Bantu Militer Ukraina, Padahal Sering Koar-Koar Musuh Rusia

"China berada dalam posisi yang lebih baik daripada sebelum konflik di Ukraina," kata Orban.

"China dulu bergantung pada energi Arab, tetapi sekarang memiliki pilihan energi dari Rusia," katanya.

Selain itu, Orban mengatakan "perusahaan energi besar Amerika" paling diuntungkan dari konflik di Ukraina, dengan keuntungan Exxon lebih dari dua kali lipat, empat kali lipat dengan Chevron dan enam kali lipat dengan ConocoPhillips.

Sementara memberlakukan sanksi terhadap Rusia sesuai dengan peraturan Uni Eropa, Hongaria telah mempertahankan sikap netral, tidak memasok Ukraina dengan senjata atau membuat kritik yang ditujukan ke Rusia.

Bulan lalu, Hungaria bernegosiasi dengan Rusia untuk membeli tambahan 700 juta meter kubik gas.

Pada awal Agustus, Gazprom mengumumkan peningkatan 2,6 juta m3 gas per hari untuk Hongaria, melebihi batas yang ditentukan dalam kontrak yang ditandatangani antara kedua negara.

Artikel Terkait