Intisari-Online.com -Ketua DPR Amerika Serikat (AS) Nancy Pelosi tiba di Taiwan pada Selasa malam, dalam perjalanan yang dikatakan menunjukkan komitmen AS yang teguh pada Taiwan.
China pun dengan keras mengutuk kunjungan Pelosi tersebut sebagai ancaman bagi perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan.
Kedatangan Pelosi memicu tanggapan marah dari China pada saat ketegangan internasional sudah meningkat oleh invasi Rusia ke Ukraina.
China sendiri menganggap Taiwan bagian dari wilayahnya dan akan mengunakan kekuatan untuk membawanya kembali di bawah kendali China.
China memandang kunjungan pejabat AS ke Taiwan sebagai sinyal yang menggembirakan bagi kamp pro-kemerdekaan pulau itu.
Washington tidak memiliki hubungan diplomatik resmi dengan Taiwan tetapi secara hukum terikat untuk menyediakan sarana untuk membela diri.
AS memperingatkan China agar tidak menggunakan kunjungan itu sebagai dalih untuk melakukan aksi militer terhadap Taiwan.
Sementara itu, rupanya Pelosi telah memulai permusuhannya dengan China sejak beberapa dekade yang lalu.
Melansir Reuters, Rabu (30/8/2022), lebih dari 30 tahun lalu, Pelosi membuat marah pemerintah China dengan muncul di Lapangan Tiananmen dan membentangkan spanduk untuk menghormati para pembangkang yang tewas dalam protes 1989.
Pada tahun 1991, dua tahun setelah tindakan keras berdarah China terhadap demonstrasi pro-demokrasi, Pelosi dan dua anggota parlemen AS lainnya, Ben Jones dan John Miller, membentangkan spanduk di Tiananmen bertuliskan, "Untuk mereka yang mati demi demokrasi di China."
Spanduk itu diberikan kepada Pelosi oleh Pendeta Chu Yiu-ming saat dia menjamunya di Hong Kong, kenang putranya, Samuel Chu.
Polisi mendekat, memaksa mereka meninggalkan alun-alun.
Pada tahun 2015, ia membawa sekelompok House Demokrat ke Tibet, kunjungan pertama sejak kerusuhan meluas pada tahun 2008.
Pelosi secara teratur berbicara tentang masalah hak asasi manusia di Tibet dan telah bertemu dengan Dalai Lama, yang dicaci Beijing sebagai separatis yang kejam.
Melansir The Washington Post, Selasa (2/8/2022), selama 20 tahun terakhir, Pelosi secara vokal menentang upaya China untuk meraih Olimpiade.
Baru-baru ini, dia bersaksi di depan Komisi Eksekutif Kongres di China tahun lalu menjelang Olimpiade Musim Dingin di Beijing, di mana dia menjadi pejabat AS paling terkenal yang menyerukan boikot diplomatik terhadap Olimpiade.
Pelosi sering menjelaskan, termasuk dalam sidang tahun ini, bahwa keberatannya tidak ditujukan kepada orang-orang China, tetapi kepada pemerintah mereka yang "represif".
Pelosi juga membantu meloloskan RUU bipartisan pada tahun 2019 yang menjatuhkan sanksi kepada pejabat Tiongkok yang terkait dengan pelanggaran hak asasi manusia.
Dua tahun berikutnya dia mengawasi pengesahan RUU lain yang menjadi undang-undang.
Langkah-langkah tersebut memberikan sanksi kepada mereka yang menganiaya penduduk Uyghur dan melarang impor dari wilayah Xinjiang China kecuali importir dapat membuktikan bahwa barang-barang tersebut tidak dibuat menggunakan kerja paksa.