Keadaan tiba-tiba berbalik, para pemuda itu tidak keluar tetapi diam karena malu.
(Otak Menyusut, 1 Dari 9 Dampak Kurang Minum Air Putih)
Jenius 9 bahasa
Meskipun seorang poliglot yang mahir banyak bahasa, namun Agus Salim justeru yang pertama kali berpidato dalam bahasa Melayu/Indonesia di sidang Dewan Rakyat (Volksraad), sehingga menggegerkan Belanda.
Lawan berundingnya dari pihak Belanda mengakui, "Orangtua yang sangat pandai ini seorang jenius dalam bidang bahasa, mampu berbicara dan menulis dengan sempurna dalam paling sedikit sembilan bahasa, dan mempunyai hanya satu kelemahan, yaitu selama hidupnya melarat," demikian Prof Schermerhorn, dalam catatan hariannya, 14 Oktober 1946.
Prof George Kahin menuturkan, suatu hari ia mengundang Agus Salim dan Ngo Dinh Diem makan di ruang dosen Cornell University. Salim waktu itu sebagai pembicara tamu di Universitas tersebut, sedangkan Ngo Dinh Diem sedang mengumpulkan dukungan bagi Vietnam Selatan.
Tokoh yang terkenal jago omong itu kemudian menjadi Perdana Menteri di negerinya. Kahin terperangah karena kedua tokoh itu asyik berdebat dalam bahasa Prancis. Ia lebih terperangah lagi, Agus Salim ternyata bisa membuat Diem menjadi pendengar yang baik.
Salim memang tidak pernah minder berhadapan dengan tokoh asing. Ketika mewakili Presiden Soekarno menghadiri upacara penobatan Ratu Inggris Elisabeth tahun 1953, ia agak kesal dengan suami Ratu (Pangeran Philip) yang kurang perhatian terhadap tamu asing yang datang dari negeri-negeri jauh.
Agus Salim lalu menghampiri dan mengayun-ayunkan rokok kreteknya di sekitar hidung Pangeran.
"Apakah Paduka mengenali aroma rokok ini?" Dengan ragu-ragu menghirup rokok itu, Pangeran mengakui tidak mengenal aroma tersebut. Agus Salim pun dengan tersenyum, lalu berujar, "Itulah sebabnya 300 atau 400 tahun yang lalu bangsa Paduka mengarungi lautan mendatangi negeri saya." Maka suasana pun menjadi cair, Sang Pangeran mulai ramah meladeni tamunya.
Agus Salim dikenal juga sangat disiplin dalam mendidik diri dan keluarganya. Setelah anak pertama lahir, selama sekitar 18 tahun keluarganya hanya makan sayur segar tanpa daging. Padahal, dalam keluarga Minang, makan daging seperti rendang adalah santapan utama.
Ada dua alasan yang mendorongnya melakukan hal tersebut. Pertama, seperti diceritakan anaknya, karena ia menderita ambeien, sehingga oleh dokter dianjurkan banyak makan sayur dan berpantang daging.
Penulis | : | Agus Surono |
Editor | : | Agus Surono |
KOMENTAR