Intisari - Online.com - Jet tempur KF-21 Boramae terbang pertama kalinya minggu lalu, tetapi isu terkait dengan pembayaran Indonesia untuk program jet tempur gabungan ini masih belum selesai.
Kini, Korea Selatan menunggu kunjungan Presiden Jokowi ke Korea Selatan untuk bertemu dengan Presiden Yoon Suk-yeol.
Dilansir dari The Korea Times, diharapkan pertemuan dua presiden akan membahas solusi untuk masalah ini.
Projek KF-X bertujuan membangun jet tempur dengan kemampuan lebih tinggi dari KF-16.
Korea Selatan dan Indonesia menyepakati kesepakatan ini pada 2010 lalu di mana Indonesia akan membayar 1,6 triliun won (Rp 18 T).
Indonesia menutup 20% dari total biaya pengembangan proyek ini senilai 8,8 triliun won (Rp 100 T) sebagai ganti Indonesia "titip" pembangunan jet tempur dilakukan di Korea Selatan untuk Angkatan Udara Indonesia, demikian halnya transfer teknologi.
Namun Indonesia telah gagal membayar kesepakatan ini, dengan tidak mampu membayar 800 miliar won (Rp 9 T) yang dijanjikan dibayar bulan ini.
Kunjungan Jokowi ke Korea Selatan membawa pengaruh penting dengan tes terbang pertama jet tempur KF-21 sukses dilakukan 19 Juli lalu, setelah proyek ini dimulai dua dekade yang lalu.
Selama penerbangan itu, jet tempur KF-21 terbang dengan bendera Korea Selatan dan Indonesia dalam tandem tubuh pesawat guna menandai proyek gabungan.
"Masalah pembayaran diantisipasi didiskusikan selama pertemuan," ujar seorang pejabat senior di kantor presiden.
November lalu, kedua belah pihak baru saja menyepakati bahwa Indonesia akan melakukan 30 persen dari total pembayaran dalam bentuk barang, meskipun negara tersebut telah mengingkari perjanjian tersebut.
“Kami gagal merevisi kontrak pada akhir kuartal pertama karena perubahan pemerintahan di Korea. Namun, Indonesia masih berkomitmen pada KF-X, terbukti dengan 39 insinyurnya yang bekerja di Korea Aerospace Industries (KAI), dan kami yakin masalah pembayaran akan segera diselesaikan," kata pejabat itu.
KOMENTAR