Inilah bagaimana dia dikenal sebagai Putri Taiping, dia menjadi biksuni karena orangtuanya memiliki rencana pernikahan untuknya agar dekat dengan rumah.
Putri Taiping tidak serius menjadi pemimpin Kuil Taiping dan tidak melakukan tugas yang diwajibkan padanya di dalam kuil.
Putri Taiping dikenal tinggi, montok, dan wajahnya chubby (ini dipandang sebagai ‘kekayaan dan kehormatan di China kuno’).
Dia juga dikatakan ‘cerah, berani, dan tegas’.
Dia merupakan favorit Permaisuri Wu karena percaya bahwa Putri Taiping mengikutinya dalam kepribadian dan penampilan.
Permaisuri Wu sering mendiskusikan politik dengan Putri Taiping, dan Putri Taiping pun menjadi mahir dalam politik.
Pada tahun 681 M, Putri Taiping menikahi sepupu pertamanya, Xue Shao (putra bibi dari pihak ayah, Putri Chengyang).
Putri Taiping mencintai suaminya dan pernikahan mereka sangat bahagia, hingga melahirkan dua putra dan dua putri, melansir History of Royal Women.
Pada tahun 688 M, suami Putri Taiping, Xue Shao, dijatuhi hukuman mati karena terjadi kelaparan akibat pemberontakan melawan Permaisuri Wu.
Permaisuri Wu kemudian berencana untuk menikahkan Putri Taiping dengan keponakannya, Wu Chengsi.
Namun, ketika Wu Chengsi terkena penyakit, Permaisuri Wu menganggapnya sebagai kandidat yang tidak cocok.
Permaisuri Wu kemudian memilih Wu Youji, cucu saudara laki-lakinya, untuk menjadi suami berikutnya bagi Putri Taiping.
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | K. Tatik Wardayati |
KOMENTAR