Setelah tamat SMA, Eny mulai menuturkan niatannya untuk mendaftar menjadi anggota polwan kepada orangtuanya. Lantaran kondisi keluarga yang terbilang kurang mampu, terang saja ayah dan ibunya hanya bisa mendukung.
"Saya cuma minta doa restu kepada orangtua. Selebihnya, saya berusaha dan serahkan sepenuhnya kepada Tuhan," kata Eny.
Berbekal niat kuat, fisik, dan kedisiplinan, Eny pun kemudian mendaftar menjadi anggota polwan pada 1996-1997. Namun ketika seleksi akhir di Jakarta, Eny dinyatakan tidak lolos.
Itu tidak membuatnya kecewa. Entah kebetulan atau tidak, Eny seolah mendapat wangsit di malam sebelum pengumuman kelulusan. "Jadi saya mimpi ada perwira polwan mengajak saya jalan-jalan di SPN. Lalu dia bilang kalau saya tahun ini tidak lolos, namun tahun depan insha Allah saya lolos," kata wanita yang tinggal di Tlogomulyo, Pedurungan, ini.
Di tahun angkatan 1997-1998, benar saja Eny dinyatakan lolos menjadi anggota polwan berpangkat Bripda. Berselang beberapa tahun kemudian, Eny pun melanjutkan jenjang pendidikannya ke strata satu. Tahun 2008 Eny dinyatakan lulus seleksi Sekolah Calon Perwira (Secapa).
Hingga saat ini, buah dari hasil kerja keras itu sudah dinikmatinya. "Lakukan yang terbaik semampumu, selebihnya, berdoa, dan biarkan Tuhan yang menentukan," ujar Eny. (Tribun Jateng cetak/M Radlis)
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR