Intisari-online.com - Turki merupakan negara anggota NATO dengan demikian artinya Turki adalah salah satu sekutu NATO.
Namun, beberapa waktu lalu, presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, melakukan pertemuan dengan Vladimir Putin, dan pemimpin Iran.
Tujuan pertemuan tersebut adalah untuk membahas operasi militer di negara Timur Tengah, yaitu Suriah.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan bahwa Turki sepenuhnya bertekad untuk meluncurkan operasi militer baru terhadap pasukan Kurdi di timur laut Suriah.
Setelah konferensi tripartit dengan Iran dan Rusia awal pekan ini, presiden Turki mengeluarkan peringatan kepada AS tentang masalah Kurdi di Suriah.
"Amerika harus mundur dari daerah timur Sungai Efrat (Suriah timur)," kata Erdogan dalam sebuah pernyataan pada (20/7), menurut kantor berita Turki Anadolu.
"Turki menanyakan ini karena AS mendukung teroris di sana," kata Erdogan, merujuk pada milisi Kurdi (YPG) yang didukung AS.
Dengan dukungan AS, Kurdi sekarang menguasai wilayah yang luas dengan banyak ladang minyak di Suriah timur.
Selama bertahun-tahun, upaya tentara Suriah yang didukung Rusia untuk menyeberangi Sungai Efrat mendapat tanggapan keras dari Amerika Serikat.
"Kami melihat penasihat militer Amerika di sana untuk melatih anggota organisasi teroris," tambah Erdogan, merujuk pada pandangan Turki tentang pasukan Kurdi sebagai teroris.
"Saat dilatih oleh AS, orang Kurdi mengibarkan bendera mereka. Kurdi telah berulang kali melakukan aksi teroris terhadap tentara Turki," kata Erdogan.
Pada konferensi tripartit yang diadakan awal pekan ini, Erdogan juga menegaskan posisinya bahwa negara tersebut memiliki hak untuk secara sepihak meluncurkan operasi militer baru terhadap Kurdi di timur laut Suriah.
Erdogan juga menyatakan keinginannya agar Rusia dan Iran akan mendukung Turki dalam perang "melawan terorisme" di Suriah timur.
Terakhir kali Turki meluncurkan operasi militer semacam itu pada tahun 2019. Tahun itu, pasukan Turki menerobos pos pemeriksaan Amerika untuk menyerang Kurdi.