Dia juga menjadi ahli hukum Islam, mengeluarkan fatwa dan memberikan khotbah.
Dia telah menikah dua kali dan menduda satu kali, serta merupakan ayah dari empat anak, tiga putra dan satu putri. Kehidupan yang sangat terhormat.
Namun, segalanya berubah ketika dia bertemu Shamse Tabrizi.
Syams adalah seorang darwis, atau ‘manusia dewa’ yang telah bersumpah miskin.
Dia adalah pria blak-blakan yang jauh di bawah kelas sosial Rumi.
Julukannya adalah ‘burung’ karena dia tidak bisa tinggal di satu tempat untuk waktu yang lama.
Legenda mengataka bahwa Rumi mengajar murid-muridnya dengan air mancur dan Syams menabrak kuliah dan melemparkan buku-buku Rumi ke dalam air.
Rumi ngeri karena buku-buku yang dibawanya itu termasuk jurnal ayahnya dan sekarang semuanya hancur.
Ketika ditanya mengapa Syams melakukan itu, Syams menjawab bahwa sekarang Rumi harus menjalani apa yang telah dia baca.
Tetapi bukannya membuat Rumi marah, justru ini malah menginspirasinya.
Kemudian dia mengatakan bahwa kehidupan sejati dan puisi sejatinya dimulai pada pertemuan itu, “Apa yang saya pikirkan sebelumnya sebagai Tuhan, saya temui hari ini dalam diri manusia.”
Namun, tidak semua orang berpikiran sama seperti Rumi atas tindakan Syams.
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | K. Tatik Wardayati |
KOMENTAR