Intisari - Online.com - Tahun 2016 lalu email Hillary Clinton, istri Bill Clinton dan eks-Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, bocor ke publik.
Email tersebut membeberkan alasan masuknya NATO ke Libya.
Melansir iai.tv, NATO berupaya mencegah pembentukan mata uang di Afrika yang akan membebaskan benua itu dari ketergantungan mereka atas dollar, IMF, dan franc Afrika Perancis.
Mata uang itu akan membebaskan Afrika dari bayang-bayang eksploitasi kolonial.
Kunjungan singkat Menteri Luar Negeri Hillary Clinton ke Libya pada Oktober 2011 disebut oleh media sebagai "putaran kemenangan."
"Kami datang, kami melihat, dia meninggal!" ujar Hillary dalam wawancara video CBS saat mendengar penangkapan dan pembunuhan brutal terhadap pemimpin Libya Muammar el-Qaddafi.
Tapi putaran kemenangan, tulis Scott Shane dan Jo Becker di New York Times , terlalu dini.
Libya diturunkan ke pembakar belakang oleh Departemen Luar Negeri, "ketika negara itu larut dalam kekacauan, yang mengarah ke perang saudara yang akan mengacaukan kawasan itu, memicu krisis pengungsi di Eropa dan memungkinkan Negara Islam untuk mendirikan surga Libya yang Amerika Serikat miliki. Negara-negara sekarang berusaha mati-matian untuk menahannya."
Intervensi AS-NATO diduga dilakukan atas dasar kemanusiaan, setelah laporan kekejaman massal di bawah Gadaffi; tetapi organisasi hak asasi manusia mempertanyakan klaim tersebut setelah menemukan kurangnya bukti.
Namun, pada tahun-tahun berikutnya, kekejaman yang dapat dibuktikan terjadi.
Seperti yang ditulis Dan Kovalik di Huffington Post, "situasi hak asasi manusia di Libya adalah bencana, karena 'ribuan tahanan [termasuk anak-anak] mendekam di penjara tanpa peninjauan yudisial yang tepat,' dan 'penculikan dan pembunuhan yang ditargetkan merajalela'."
Sebelum 2011, Libya telah mencapai kemerdekaan ekonomi, dengan airnya sendiri, makanannya sendiri, minyaknya sendiri, uangnya sendiri, dan bank milik negaranya sendiri.
KOMENTAR