Kisah Chiune Sugihara, Warga Jepang yang Sendirian Selamatkan Lebih dari 6.000 Orang Yahudi dari Kamp Konsentrasi, Ini Pengakuannya Setelah Keluar dari Penjara dan Kehilangan Segala Hal

Mentari DP

Editor

Chiune Sugihara, seorang warga Jepang yang menyelamatkan ribuan orang Yahudi dari kamp konsentrasi.
Chiune Sugihara, seorang warga Jepang yang menyelamatkan ribuan orang Yahudi dari kamp konsentrasi.

Intisari-Online.com - Kisah Oscar Schindler terkenal di seluruh dunia.

Oscar Schindleradalah pengusaha Jerman dan anggota partai Nazi yang menyelamatkan ratusan orang Yahudi dari kamp konsentrasi selama Holocaust.

Namun, hanya sedikit orang yang pernah mendengar kisah Chiune Sugihara, Schindler lainnya asal Jepang.

Dilansir darithevintagenews.com padaSabtu (9/7/2022), saat bekerja di konsulat Jepang di Lithuania pada tahun 1940, Sugihara sendirian menyelamatkan nyawa ribuan pengungsi Yahudi dengan memberi mereka visa untuk melarikan diri melalui Jepang.

Kisahnya adalah salah satu peristiwa perang yang paling luar biasa, namun jarang ditampilkan dalam catatan sejarah tentang peristiwa Holocaust.

Menurut Times of Israel, pada tahun 1940, Sugihara bekerja sebagai wakil konsul Jepang di Kaunas, yang saat itu merupakan ibu kota Lituania.

Kota ini memiliki komunitas Yahudi yang besar dan makmur, terdiri dari sekitar 30.000 orang.

Populasi ini ditambah antara tahun 1939 dan 1940 oleh ribuan orang Yahudi yang melarikan diri dari penganiayaan di Polandia yang diduduki Nazi.

Para pengungsi ini membawa serta kisah-kisah mengerikan tentang kengerian yang menimpa orang-orang Yahudi di bawah kekuasaan Nazi.

Sayangnya, setelah Uni Soviet mencaplok Lithuania pada Juni 1940, populasi Yahudi Kaunas tetap terperangkap, tidak dapat meninggalkan negara itu.

Apalagi ketika Jerman maju di garis Uni Soviet.

Melihatkeadaan putus asa orang-orang Yahudi, Sugihara segera mencari cara untuk menggunakan posisinya untuk membantu mereka.

Para pengungsi Yahudi tidak dapat meninggalkan Lituania dan melakukan perjalanan ke timur melalui wilayah Soviet tanpa jaminan visa untuk perjalanan selanjutnya.

Pada akhirnya, banyak yang menuju pulau-pulau Karibia Belanda Curacao dan Guyana, tetapi untuk sampai ke sana dengan aman, mereka membutuhkan visa transit melalui Asia Timur.

LaluSugihara menemukan satu cara yang bisa dia lakukan.

Dia memutuskan untuk mengeluarkan visa transit melalui Jepang untuk pengungsi Yahudi.

Hal ini memungkinkan mereka untuk melakukan perjalanan melalui Uni Soviet, ke wilayah Jepang dan kemudian ke Karibia.

Ketika semua diplomat asing diperintahkan untuk meninggalkan kota, ia mengajukan permohonan cuti untuk tinggal selama 20 hari tambahan, dan menulis surat kepada atasannya di Kementerian Luar Negeri Jepang untuk meminta persetujuan atas rencananya.

Namun, menurut sejarawan Yutaka Taniuchi, pihak berwenang Jepang sepenuhnya menolak untuk mengeluarkan visa bagi para pengungsi Yahudi, kecuali jika mereka memiliki jaminan perjalanan selanjutnya dari Jepang.

Hal ini tidak mungkin didapatkan oleh para pengungsi, dan secara efektif menghalangi kemungkinan untuk mendapatkan visa transit apapun.

TapiSugihara tidak menyerah. Dia menulis surat sebanyak 3 kali kepada atasnya. Diameminta mereka untuk membantu.

Karena terus ditolak,Sugihara mengalami dilema. Haruskah dia mengikuti perintahnya atau hati nuraninya?

Budaya Jepang pada zaman Sugihara adalah budaya yang mengutamakan hierarki dan disiplin, dan bagi Sugihara untuk menentang keinginan atasannya adalah hal yang sangat serius.

Dia menghadapi hukuman berat jika dia menyalahgunakan posisinya dan bertindak bertentangan dengan perintahnya.

Setiap hari, ratusan keluarga Yahudi muncul di luar gerbang konsulat Jepang di Kaunas, memohon kepada Sugihara untuk membantu mereka.

Pada akhirnya hati nuraniSugihara menang. Atas dukungandan bantuan istrinya Yukiko, Sugihara mulai mengeluarkan visa.

Selama bulan Agustus, Sugihara dan istrinya terus-menerus terlibat dalam pekerjaan membuat dan mendistribusikan visa transit untuk keluarga Yahudi.

Merekamembuat sekitar 300 visa sehari, jumlah yang luar biasa. Sebab biasanya butuh waktu sekitar satu bulan untuk diproses.

Sugihara bekerja sepanjang waktu, hampir tidak berhenti untuk makan atau tidur, bertekad untuk membantu sebanyak mungkin keluarga.

Pada tanggal 1 September 1940, Sugihara terpaksa meninggalkan Lituania, dan berangkat dengan kereta api menuju Berlin.

Bahkan ketika dia duduk di kereta di peron menunggu untuk berangkat, dia terus mengeluarkan visa, melemparkannya ke kerumunan yang berkumpul di sebelah kereta.

Pada saat terakhir, dia bahkan memberikan cap konsulernya kepada salah satu orang Yahudi yang menunggu di peron, memungkinkan dia untuk memalsukan izin visa untuk keluarga yang tersisa.

Kata-kata terakhirnya kepada orang banyak adalah, “Tolong maafkan saya. Saya tidak bisa menulis lagi. Saya mendoakan yang terbaik buat kamu."

Tidak ada yang tahu pasti berapa banyak orang yang diselamatkan oleh tindakan heroik Sugihara, tetapi diperkirakan dia mengeluarkan sekitar 6.000 visa transit.

Namun karena banyak di antaranya untuk keluarga, jadi jumlah orang yang benar-benar diselamatkan mungkin jauh lebih tinggi.

Dalam setahun setelah kepergiannya, Jerman telah mengambil alih Lituania sepenuhnya.

Orang-orang Yahudi Kaunas yang tidak berhasil mendapatkan visa dari Sugihara dideportasi ke kamp konsentrasi secara massal dan dalam banyak kasus mereka dibunuh di kamar gas.

Sugihara dan istrinya kemudian dipenjarakan di Rumania yang dikuasai Uni Soviet. Dia kemudian dibebaskan ke pemerintah Jepang, tapi ia dicopot dari jabatan dan pekerjaannya.

Dia dibiarkan berjuang dalam pekerjaan kasar, dengan sedikit untuk menghidupi keluarganya. Ini merupakan sebuah kejatuhan bagi dia yang awalnya berstatus tinggi.

Meski begitu, Sugihara tidak pernah menyesali keputusannya untuk membantu orang-orang Yahudi di Lituania.

Pada akhirnya, Sugihara dihargai karena keberaniannya pada tahun 1984 ketika dia dinobatkan sebagai Orang-Orang yang Benar di Antara Bangsa-Bangsa oleh negara Israel.

Artikel Terkait