Intisari-Online.com - Sejak Rusia meluncurkan invasi ke Ukraina pada 24 Februari 2022 lalu, Barat menjatuhkan sanksi besar-besaran ke Rusia.
Namun, Turki tidak mengikuti jejak Barat dalam memberikan sanksi kepada Rusia.
Melansir RT, Minggu (26/6/2022), juru bicara presiden Turki Ibrahim Kalin, mengatakan bahwa Turki tidak mengambil langkah yang sama karena didorong oleh pertimbangan ekonomi pragmatis dan "kebijakan keseimbangan".
Turki sendiri merupakan salah satu anggota NATO.
Dalam sebuah wawancara dengan Haberturk TV, Kalin mengatakan bahwa Ankara sedang mengejar “kebijakan keseimbangan” dalam hubungannya dengan Rusia.
Kalin menjelaskan, “Karena kami bergantung pada sumber energi asing, kami mengembangkan hubungan dengan Rusia seperti yang kami lakukan dengan Iran.”
Kalin mencatat bahwa Turki juga menikmati hubungan baik dengan AS dan negara-negara Barat lainnya.
“Kami tidak menjatuhkan sanksi kepada Rusia setelah perang Ukraina. Tentu saja, kami harus melindungi kepentingan negara kami,” katanya.
Menurut pendapat Kalin, menjatuhkan sanksi pada Moskow “akan lebih merugikan ekonomi Turki daripada Rusia.”
“Kami mengambil sikap yang jelas. Saat ini, orang Barat juga telah menerimanya. Mereka tidak mengatakan apapun tentang posisi Turki karena alasan geopolitik,” klaim Kalin.
Dia juga menekankan bahwa negaranya tidak mendukung kebijakan menjatuhkan sanksi pribadi terhadap pengusaha Rusia.
“Mereka yang disebut miliarder di Barat disebut oligarki ketika datang ke Rusia. Apakah tidak ada pemimpin seperti itu di AS atau Eropa?" tanya Kalin.
Penulis | : | Tatik Ariyani |
Editor | : | Tatik Ariyani |
KOMENTAR