Intisari-Online.com - Kondisi memprihatinkan Sri Lanka tengah menjadi sorotan dunia.
Negara pulau yang berada di sebelah utara Samudera Hindia di pesisir tenggara India itu mengalami kebangkrutan dan gagal bayar utang.
Sri Lanka menyatakan gagal bayar utang luar negeri senilai 51 miliar dollar AS atau sekitar Rp 755,33 triliun pada 12 April 2022 lalu.
Merupakan yang terburuk sejak kemerdekaan dari Inggris pada 1948, krisis Sri Lanka menimbulkan kesengsaraan rakyat yang meluas.
Masyarakat di sana harus sangat berhemat, gaji yang ada bahkan tidak bisa mencukupi kehidupan keluarga ditengah naiknya harga sejumlah komoditas.
Mereka terpaksa mengandalkan bantuan dari pemerintah untuk dapat bertahan hidup.
Sementara untuk menghemat penggunaan energi, Sri Lanka menutup sekolah dan menghentikan layanan yang tidak penting selama dua pekan mulai Senin (20/6/2022).
Diketahui bahwa China merupakan salah satu kreditur terbesar negara yang gagal bayar utang ini, di mana pemerintah Sri Lanka meminjam Beijing untuk sejumlah infarstruktur proyek sejak 2005, melalui skema Belt and Road (BRI).
Salah satu proyek yang didanai oleh pinjaman tersebut adalah pembangunan pelabuhan Hambantota.
Pelabuhan itu dibangun pada tahun 2008 dengan bantuan dana segar dari China sebesar US$ 361 juta (Rp 5 triliun).
Pada 2016, Kolombo akhirnya menyerahkan pelabuhan itu kepada perusahaan China untuk mengelolanya.
Mengutip Times of India, total utang Sri Lanka ke China mencapai US$ 8 miliar. Sekitar 1/6 dari total utang luar negerinya.
Bukan hanya Sri Lanka yang terjerat jebakan utang China gara-gara proyek infrastruktur.
Berikut ini daftar negara lainnya yang juga diyakini akan gagal membayar utang ke China:
1. Kenya
Jadi salah satu negara yang diyakini akan gagal membayar utang ke China, Kenya awalnya meminjam US$ 3,6 miliar dari Bank EXIM China.
Pinjaman tersebut terkait pembangunan proyek kereta api (Standard Gauge Railway/SGR) rute dari Mombasa ke Nairobi.
Pemerintah lalu meminjam lagi US$ 1,5 miliar untuk memperpanjangnya ke Naivasha, sebuah kota di Central Rift Valley.
Peringatan mengenai utang Kenya ke China sendiri dikeluarkan auditor jenderal negara cejas beberapa tahun lalu, kemudian kembali muncul di tengah krisis Sri Lanka.
Jika Kenya tak bisa membayar utang, maka pelabuhan Mombasa, aset paling berharga di negeri itu diyakini akan diambil ali Beijing.
Meski begitu, pemerintah Kenya dan China menyangkal hal tersebut di mana Mombasa disebut bukan jaminan pinjaman itu.
2. Uganda
Negara lainnya yang juga disebut tengah bergulat dengan utang China adalah Uganda.
Sementara itu, negara ini dilaporkan tengah berusaha mengubah perjanjian pinjamannya dengan China.
Hal itu untuk memastikan sejumlah aset tidak hilang karena default (gagal bayar), antara lain bandara internasional Entebbe.
Menurut laporan Gulf News yang melansir Bloomberg awal pekan ini, perjanjian itu dibuat tahun 2015. Negara itu meminjam US$ 200 juta dari Bank Export-Import (EXIM) China untuk memperluas bandara Entebbe.
Klausul yang ingin diubah, antara lain perlunya Otoritas Penerbangan Sipil Uganda untuk meminta persetujuan dari pemberi pinjaman China untuk anggaran dan rencana strategisnya.
Aturan lain mengamanatkan bahwa setiap perselisihan antara para pihak harus diselesaikan oleh Komisi Arbitrase Ekonomi dan Perdagangan Internasional China.
Pinjaman itu sendiri memiliki tenor 20 tahun, termasuk masa tenggang tujuh tahun.
3. Maladewa
Selain Kenya dan Uganda, negara lain yang juga diyakini terjerat utang China adalah Maladewa.
Utang Maladewa terhadap China membengkak. Awalnya negara ini meminjam dana sebesar US$ 200 juta atau setara Rp 2 triliun untuk menghubungkan pulau ibukota Male ke pulau Hulhumale. Di mana bandara dan lahan luas masih banyak tersedia.
Di sana terdapat bandara dan lahan luas masih banyak sehingga diharapkan dapat menjadi jalan keluar mengenai keterbatasan lahan properti dan akses menuju kawasan ekonomi baru.
Jembatan penghubung pulau itu rampung di 2018 dan diberi nama "China-Maldives Friendship Bridge".
Namun, Maladewa juga terus meminjam uang untuk pengembangan infrastruktur lainnya. Pada tahun ini, beberapa mantan pejabat Maladewa dan perwakilan China menunjukkan angka utang terbaru.
Tahun ini beberapa mantan pejabat negara itu menyebutkan bahwa Maladewa berutang ke China antara US$ 1,1 miliar hingga US$ 1,4 miliar.
Lalu, bagaimana dengan Indonesia?
Mengutip data Statistik Utang Luar Negeri Indonesia (SULNI) periode Februari 2022, China adalah pemberi utang terbesar keempat bagi Indonesia. Bersama dengan Singapura, Amerika Serikat (AS), dan Jepang.
Pada Februari 2022, Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia dari China tercatat US$ 20,78 miliar. Naik 0,76% dari bulan sebelumnya (month-on-month/mtm).
Dalam periode yang sama, ULN dari Singapura turun 0,75%, dari AS turun 0,22%, dan Jepang turun 0,91%.
Dari sisi mata uang, ULN terbanyak masih dalam dolar AS. ULN berdenominasi dolar AS tercatat US$ 275 miliar per Februari 2022.
Kemudian di posisi kedua ada euro dengan nilai ekuivalen US$ 25,15 miliar. Sementara Yen Jepang menempati peringkat ketiga (US$ 24,82 miliar) dan yuan China berada di posisi empat (US$ 4,31 miliar).
ULN dalam dolar AS tumbuh 0,38% mtm pada Februari 2022. Sementara ULN euro naik 0,17%, yen tumbuh 0,04%, dan yuan turun 0,11%.
(*)