Advertorial
Intisari-Online.com – Suku Wodaabe adalah subkelompok kecil dari kelompok etnis Fulani.
Secara tradisional, mereka adalah penggembala dan pedagang ternak nomaden di Sahel, dengan migrasi yang membentang dari Niger selatan, melalui Nigeria utara, Kamerun timur laut, Chad barat daya, dan wilayah barat Republik Afrika Tengah.
Suku Wodaabe terkenal dengan pakaian mereka yang rumit dan upacara budaya yang kaya.
Laki-laki dalam suku itu dianggap sangat angkuh karena mereka percaya bahwa mereka adalah laki-laki paling tampan dan mereka selalu membawa cermin.
Dalam suku Wodaabe, pernikahan selalu dikontrak pada masa bayi, dan para wanita dapat memiliki pasangan intim sebanyak yang mereka inginkan sebelum menikah.
Suku ini mengadakan festival tahunan yang disebut Gerewol.
Saat festival ini para pria berpakaian rumit, memakai make-up, dan mengadakan semacam kontes kecantikan.
Selama festival itu pula, para pria dengan pakaian mereka bermaksud untuk mengesankan istri pria lain.
Dalam budaya mereka, kecantikan dapat dinilai dari putihnya mata, batang hidung yang lurus, dan gigi yang putih.
Oleh karena itu, riasan yang dilakukan adalah untuk menonjolkan fitur-fitur tersebut.
Sebelum festival dimulai, melansir talkafricana, para pria membutuhkan waktu enam jam untuk mempersiapkan diri dan bersiap-siap sehingga mereka dapat menari dan memamerkan diri.
Mereka mengecat wajah dengan tanah liat untuk warna merah, menggunakan eyeliners untuk membuat mata mereka tampak lebih putih, dan memakai warna lipstik yang akan membuat gigi mereka tampak lebih putih.
Mereka juga memakai bulu burung unta putih di rambut mereka untuk membuat mereka tampak lebih tinggi.
Selama festival itu, tiga wanita tercantik dari suku tersebut dipilih untuk dinilai pria yang tampil melalui tarian, bergerak berputar-putar.
Wanita lan, yang sudah menjadi istri pria lain, boleh mengagumi pria yang paling ingin mereka pilih sebagai suami kedua mereka.
Jika seorang pria berhasil mencuri seorang istri tanpa tertangkap, maka wanita itu otomatis menjadi istrinya dan perkawinan itu diterima.
Oleh karena itu, dia harus meninggalkan anak-anaknya dengan mantan suaminya dan pindah dengan suami barunya.
Sistem ini menjamin tempat anak-anak dalam masyarakat sambil memberikan spontanitas dan fleksibilitas kepada orangtua.
Suku Wodaabe menganut poligami, sehingga mencuri istri diterima secara luas dalam suku itu.
Meskipun demikian, beberapa pria tidak ingin istri mereka dicuri oleh pria lain, maka mereka tidak mengizinkan untuk berpartisipasi dalam festival.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari