Menurut para ahli, langkah-langkah ini diperlukan untuk meningkatkan kehadiran jika ada krisis militer.
Namun, inisiatif tersebut saat ini kehabisan dana dan telah dikritik oleh banyak orang karena prioritas utamanya tidak terpenuhi.
Selain itu, AS dapat memperkuat kemampuan militernya di kawasan itu dengan meningkatkan dari 5 menjadi 6 kapal selam serang yang berbasis di Guam.
Amerika Serikat dapat memperluas operasi maritimnya di Pasifik dan mengerahkan jet tempur, kapal perang, drone, dan rudal jarak jauh yang lebih canggih ke wilayah tersebut.
Washington juga harus mendukung Australia dan Jepang dalam membangun rudal jarak jauh dengan berbagi kekayaan intelektual, sambil memberikan lebih banyak senjata ke India dan meningkatkan pendanaan militer asing di kawasan itu.
Dengan itu, Amerika Serikat mungkin memiliki dana khusus untuk memperkuat kemampuan pencegahan Taiwan.
Semua itu mungkin belum cukup, menurut kedua pakar tersebut, karena tantangan yang ditimbulkan oleh China menjadi begitu besar sehingga AS tidak dapat lagi menjaga keseimbangan kekuatan militer di Asia.
Para ahli menilai bahwa Washington telah mengambil langkah pertama dan sangat berani untuk berbagi beban keamanan dengan sekutunya melalui perjanjian pertahanan AUKUS antara Australia, Inggris dan AS yang diumumkan tahun lalu.
Berdasarkan perjanjian tersebut, ia akan bekerja dengan Inggris untuk memasok Australia dengan kapal selam bertenaga nuklir dan bersama-sama mengembangkan teknologi militer canggih lainnya.
Namun, kapal selam tidak akan ditugaskan sampai akhir 2030-an, dan upaya kolaboratif AUKUS lainnya akan membutuhkan reformasi yang keras karena pembatasan AS yang sudah berlangsung lama dalam berbagi teknologi, keamanan nasional yang sensitif.
Source | : | New York Times |
Penulis | : | Afif Khoirul M |
Editor | : | Afif Khoirul M |
KOMENTAR