Pemboman Sekutu terhadap jalur kereta api mengakibatkan terganggunya rantai pasokan, dan kurangnya pasokan selama perang itu sendiri mengakibatkan kelaparan di seluruh negeri.
Terkadang, orang mengantri berjam-jam hanya untuk semangkuk sup ramen.
Akibatnya, banyak wanita akan meninggalkan anak-anak mereka di rumah sakit bersalin atau membiarkan mereka mati karena terpapar.
Menghadapi masalah yang berkembang ini, Miyuki Ishikawa melakukan hal yang tidak terpikirkan, yakni dengan membunuh bayi-bayi tersebut.
Ishikawa tidak dapat menghidupi bayi di rumah sakitnya karena kurangnya layanan sosial dan keuangan Jepang pada saat itu.
Banyak yang melihat tindakannya sebagai tindakan belas kasihan.
Dan sementara jumlah korban terakhir dari anak-anak yang meninggal tidak pasti, para ahli percaya bahwa dia membunuh setidaknya 103 bayi.
Masalah muncul ketika Miyuki Ishikawa mulai menuntut pembayaran atas jasanya.
Ishikawa dan suaminya mengklaim bahwa pembayaran dalam jumlah besar akan lebih murah bagi keluarga daripada membesarkan anak hingga dewasa.
Pasangan itu bekerja bersama-sama dengan seorang dokter korup bernama Shiro Nakayama, yang memalsukan akta kematian bayi-bayi itu untuk dibuang ke kantor lingkungan setempat.
Namun, skema tersebut tetap tidak ditemukan sampai tahun 1948, ketika sebuah penemuan kebetulan mengakibatkan penangkapan, pengadilan, dan penghukuman "Bidan Setan".
Pada 12 Januari 1948, petugas polisi yang berpatroli menemukan sisa-sisa lima korban Miyuki Ishikawa.
Penulis | : | Tatik Ariyani |
Editor | : | Tatik Ariyani |
KOMENTAR