Kisah Louise dari Savoy, Diplomat Wanita yang Luar Biasa, Satukan Negara dan Keluarganya Selama Masa Tekanan Politik Hebat, Hidup Berdampingan Bersama Dua Gundik Suaminya

K. Tatik Wardayati

Editor

Louise of Savoy, ibu Raja Francis I.
Louise of Savoy, ibu Raja Francis I.

Intisari-Online.comLouise dari Savoy, adalah ibu dari seorang Raja, dan salah satu wanita paling berkuasa di Eropa pada masanya.

Dia memerintah Prancis tanpa kehadiran putranya, dan bersama Margaret dari Austria, dia merundingkan Perdamaian Cambrai atau ‘Perdamaian Wanita’ yang akan mengakhiri perang antara Prancis dan Spanyol selama hampir satu dekade.

Dia adalah seorang diplomat yang luar biasa, dan menyatukan negara serta keluarganya selama masa tekanan politik yang hebat.

Louise lahir pada tahun 1476 dari keluarga Adipati Savoy yang miskin, kurang lebih tidak memiliki tanah.

Adipati Savoy bukanlah ayah yang baik, dan ibu Louise meninggal ketika Louise berusia tujuh tahun, jadi dia dibawa ke istana Prancis untuk dibesarkan oleh bibinya, Anne dari Beaujeu.

Pada saat itu, Anne-lah yang menjalankan Prancis, bersama suaminya Pierre, yang diangkat sebagai bupati sampai Charles VIII mencapai umurnya.

Meskipun secara teknis Pierre juga seorang bupati, Anne-lah yang mengelola negara.

Dia bukan wanita yang penyayang, tapi darinya Louise belajar seni diplomasi dan tata negara.

Di bawah asuhan Anne, dia juga bertemu Margaret dari Austria, wanita favorit untuk menikah dengan Raja Charles ketika dia dewasa.

Meskipun Margaret dan Charles akhirnya tidak pernah menikah, Louise dan Margaret tetap berhubungan dekat sepanjang hidup mereka.

Pada tahun 1488, pada usia dua belas tahun, Louise menikah dengan Charles dari Orleans.

Charles jauh lebih tua dari Louise, dan memiliki dua gundik, yaitu Antoinette dari Polignac dan Jeanne Comte, yang tinggal bersamanya.

Terlepas dari semuanya, Louise dan Charles memiliki pernikahan yang relatif bahagia.

Louise berteman baik dengan Jeanne dan Antoinette, bahkan mempercayakan Jeanne dengan perwalian anak-anaknya, dan membawa Antoinette ke dalam pelayanannya sebagai pendampingnya.

Charles meninggal pada tahun 1496, meninggalkan Louise yang saat itu berusia 19 tahun sebagai janda dengan dua anak kecil, salah satunya, Francis, yang berada di urutan kedua takhta.

Meskipun mendapat tantangan dari kerabat laki-lakinya, Louise berhasil mempertahankan hak asuh dan perwalian anak-anaknya.

Ketika Charles XIII meninggal pada tahun 1498, Francis menjadi pewaris takhta.

Pamannya, Louis XII, tidak memiliki putra yang masih hidup, dan hanya memiliki dua anak perempuan, yaitu, Renee dan Claude.

Namun sangat disayangkan Louise, Francis dan Claude menikah pada tahun 1514.

Setelah kematian Raja Louis pada akhir tahun, Francis naik takhta, dan sangat bergantung pada Louise untuk membantunya memerintah.

Louise-lah yang membuat banyak penunjukkan kenegaraan, dan kepadanya Francis menyerahkan tanggung jawab memerintah ketika dia memutuskan untuk berperang melawan Negara-negara Italia.

Francis baru berusia 21 tahun ketika dia naik takhta, dan sangat ingin membuktikan dirinya sebagai seorang militer seperti rekan-rekan Spanyol dan Inggrisnya.

Louise tidak dapat membujuknya, jadi dia dengan patuh membantu mengumpulkan dana untuk perangnya, dan menjabat sebagai wali saat dia pergi.

Saat berperang di Pavia, Italia, Francis ditangkap oleh pasukan Spanyol-Italia, dan dibawa ke Madrid.

Louise menjadi hancur, belum lagi khawatir sakit, tapi dia tidak membiarkan hal itu mempengaruhinya.

Dia bertanggung jawab atas Prancis, dan memastikan bahwa Prancis diurus, maka dia tinggal di Lyon, dan memanggil anggota parlemen Paris, Rouen, dan Bordeaux untuk menasihatinya.

Dia menugaskan Parlemen Paris untuk membela Prancis Utara, dan mengatur sisanya untuk mengumpulkan dana yang diperlukan.

Selama itu, dia berhubungan dengan raja Spanyol di Madrid.

Dengan bantuan teman lamanya, Margaret dari Austria, Louise mengatur pembebasan putranya, dan perdamaian dengan orang-orang Spanyol dan Italia.

Dua putra Francis akan dikirim ke Madrid sebagai sandera, dan Prancis harus menyerahkan Burgundia, Louise setuju, dan menukarkan dua cucunya untuk putranya.

Dalam kata-kata Louise sendiri, janji yang dibuat di bawah tekanan tidak ada artinya.

Burgundy tinggal bersama Prancis, dan Francis kembali mengobarkan perang melawan Spanyol dan Italia.

Merasa tidak senang, raja Spanyol melampiaskan rasa frustasinya pada putra-putra Francis, saat itulah Louise memutuskan perang harus diakhiri.

Pada tahun 1528, Louise dan Margaret dari Austria, bupati Spanyol di Belanda, diam-diam membicarakan tentang perdamaian, meski banyak masalah, tetapi mereka jauh lebih bijaksana daripada rekan-rekan mereka.

Pada bulan Juli 1529 mereka bertemu di Cambrai untuk secara resmi berdamai.

Di bawah ketentuan perjanjian mereka, Prancis akan mempertahankan Burgundia, dan Francis dapat menebus putra-putranya dengan imbalan sejumlah uang yang tidak suci.

Francis akan menikahi Eleanor dari Portugal, saudara perempuan Raja Spanyol, dan perang akan berhenti.

Perdamaian ini berlangsung selama tujuh tahun.

Namun, kesehatan Louise tidak bertahan, dia menderita asam urat, kolik, sakit perut, dan sejumlah penyakit lainnya.

Kelemahannya semakin diperparah oleh fakta bahwa dia menolak untuk melambat.

Pada tahun 1531, hanya dua tahun setelah dia merundingkan Ladies Peace dengan temannya Margaret dari Austria, Louise meninggal.

Baca Juga: Kisah Putri Terakhir Kekaisaran Ottoman Niloufer Khanum Farhat, Rindunya akan Kehadiran Seorang Anak Jadikan Dirinya ‘Bertopeng’ Hidup Glamor, Ini pun Digunakannya untuk Kegiatan Filantropi

Baca Juga: Kisah Mastani Bai Putri India Cantik dan Kontroversial, yang Memuja Dewa Krishna dan Ajaran Islam, Dibuatkan Tempat Tinggal Terpisah oleh Suaminya Karena Intoleransi dalam Keluarga Mertuanya

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari

Artikel Terkait