Kisah Putri Terakhir Kekaisaran Ottoman Niloufer Khanum Farhat, Rindunya akan Kehadiran Seorang Anak Jadikan Dirinya ‘Bertopeng’ Hidup Glamor, Ini pun Digunakannya untuk Kegiatan Filantropi

K. Tatik Wardayati

Penulis

Putri Niloufer Khanum Farhat, kerinduan akan seorang anak membuatnya lari kehidupan glamor.

Intisari-Online.comPutri Niloufer Khanum Farhat, lahir pada 4 Januari 1916 di Istana Goztepe di Istanbul, Turki.

Dia merupakan salah satu putri terakhir dari Kekaisaran Ottoman.

Orangtuanya adalah Damad Moralizada Salar ud-din Bey dan Adile Sultan, putri ehzade Mehmed Selahediin, putra Sultan Murad V.

Ketika Perang Dunia Pertama berakhir, Kekaisaran Ottoman berakhir dengan Royals diasingkan dari Turki dan menetap di Prancis.

Ayah Putri Niloufer meninggal ketika dia baru berusia dua tahun.

Posisi dan kekayaannya tidak besar, tetapi keberuntungannya berubah secara dramatis dalam semalam ketika orang terkaya di dunia, Nawab Mir Osman Ali Khan, Nizam dari Hyderabad, melamarnya untuk putra keduanya Pangeran Moazzam Jah.

Dia menikah pada usia muda, 15, menjadikan dia anggota kerajaan terkaya di dunia.

Dia melakukan perjalanan ke India, di mana budaya yang sama sekali berbeda menunggunya.

Dia kemudian belajar memakai saree dan belajar bergerak dalam masyarakat Hyderabadi.

Dia kemudian disebut ‘Kohinoor dari Hyderabad’ dan dianggap sebagai wanita paling cantik di dunia.

Ketika tahun-tahun berlalu dan kegembiraan awal karena baru menikah menjadi gaya hidup mewah dengan suami yang penyayang mulai mereda, kenyataan suram mulai menyingsingnya.

Sayangnya, Putri Niloufer tidak memiliki anak.

Di luaran terlihat dia cantik, tetapi di dalam dia patah hati dan merindukan seorang anak.

Dia sudah berkonsultasi dengan banyak dokter, tetapi tidak mendapatkan hasil yang baik.

Perasaan kosong ini kemudian dia kompensasikan dengan kehidupan publik yang berkilauan.

Dia diundang ke banyak acara, bahkan menerima beberapa tawaran film dari Hollywood, dan sering ditampilkan dalam daftar ‘sepuluh wanita tercantik di dunia’.

Dia pun secara teratur tampil di beberapa majalah.

Dia dikenal dengan gayanya di India yang selalu mengenakan saree, dan dia hanya mengenakan pakaian bergaya Eropa saat bepergia.

Melansir History of Royal Women, dia juga memiliki seorang pembantu bernama Rafat Unnisa, yang sayangnya meninggal saat melahirkan.

Peristiwa itu sangat menyentuh hatinya, sehingga dia berjanji pada dirinya sendiri bahwa dia tidak akan pernah membiarkan ‘Rafat’ lain mati dan mulai membangun rumah sakit di Hyderabad untuk anak-anak dan ibu.

Dia seperti anak perempuan bagi Nizam dan memanggilnya dengan ‘ayah’ dan mendorongnya dalam pekerjaan sosial.

Dia juga terlibat dalam asosiasi wanita Hyderabad untuk pendidikan dan kemajuan sosial.

Selama Perang Dunia Kedua, dia bertugas di korps sukarelawan wanita, yang dilatih sebagai perawat untuk membantu prajurit yang terluka selama perang.

Ketika India merdeka pada tahun 1947, Negara Bagian Hyderabad menjadi bagian dari persatuan India.

Putri Niloufer, yang saat itu sedang bepergian bersama suaminya, memutuskan untuk tinggal di Eropa.

Gaya hidupnya yang mewah dan citra putri yang glamor adalah topeng untuk menyembunyikan kerinduannya akan seorang anak, dan dia tidak bahagia.

Pada tahun 1948, suami Putri Niloufer mengambil istri kedua yang memberinya tiga putri berturut-turut.

Akibatnya, pernikahannya pun mengalami penderitaan, dan akhirnya mereka bercerai pada tahun 1952.

Dia tinggal di Prancis bersama ibunya, dan menikah lagi dengan seorang Amerika bernama Edward Pope pada tahun 1964.

Akhirnya dia meninggal pada tahun 1989 dan dimakamkan di sebuah kuburan di Bobigny dekat Paris di sebelah makam ibunya.

Sarinya yang indah lebih merupakan karya seni dan 34 sari ini, yang juga dia bantu desainnya, mendapat tempat di Institut teknologi mode New York.

Hidupnya seperti naik rollercoaster, dari seorang Putri miskin di pengasingan yang keluarganya didukung oleh Nizam secara finansial hingga menjadi menantu perempuan dari salah satu orang terkaya di dunia.

Gaya hidupnya yang gemerlap mendasarinya untuk pekerjaan filantropisnya untuk orang-orang Hyderabad, terutama para wanita.

Penggalangan dana yang diselenggarakannya melalui klub Hydari berkontribusi pada pekerjaan amalnya.

Putri Niloufer dikenang oleh masyarakat Hyderabad hingga saat ini.

Baca Juga: Awetkan Jenazah Suaminya Untuk Amankan Suksesi Anaknya, Inilah Kisah Nurbanu Sultan, Ibu Suri Saleh dari Kekaisaran Ottoman, Diplomat Cerdik, yang Selamatkan Budak dan Lindungi Pedagang Yahudi

Baca Juga: Kisah Tragis Permaisuri Cantik Gulbahar Mahidevran Sultan, Selir Utama Kekaisaran Ottoman yang Dibayangi-bayangi Selir Lain, Anak dan Cucunya Dieksekusi Karena Merasa Takhta Kekaisaran Terancam

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari

Artikel Terkait