Pakar pertahanan rudal Uzi Rubin mengatakan,"Tuan Zelensky benar, itu bukan senjata ajaib."
"Mereka butuh beberapa detik untuk menembak jatuh UAV. Ada cara yang lebih baik untuk melakukannya, menggunakan rudal anti-pesawat Stinger atau semacam rudal anti-pesawat yang lebih murah, lebih cepat, dan memiliki jangkauan yang lebih jauh," katanya.
Namun, mengabaikan senjata laser Rusia tanpa memberikan bukti keefektifannya bisa menjadi langkah tergesa-gesa oleh Barat dan media Barat.
Rusia meluncurkan senjata laser pertamanya Peresvet pada 2018, sekitar empat tahun sebelum senjata laser Zadira, yang diyakini digunakan melawan Ukraina hari ini, terungkap.
Peresvet ditugaskan dan dikerahkan dengan rudal balistik antarbenua Rusia untuk membutakan optik pencarian target Rusia.
Penelitian dan pengembangan senjata laser berlangsung dalam waktu singkat, dengan tujuan akhir menggunakan laser untuk menghancurkan target, sebuah pencapaian yang bahkan sedang dikejar secara agresif oleh AS.
Ketika ditanya apakah informasi mengenai senjata laser Zadira hanyalah propaganda Rusia, analis pertahanan dan editor The EurAsian Times Nitin J Ticku mengatakan.
"Pertama, jika Tanpa bukti, akan terlalu dini untuk menyebut penggunaan senjata laser Zadira sebagai propaganda," katanya.
"Kami lebih suka menunggu klaim dikuatkan daripada menyangkal kemungkinan seperti itu," tambahnya.
"Kedua, kemungkinan sistem senjata seperti itu tidak dapat disangkal berdasarkan dugaan. Pengembangan senjata laser Rusia dimulai beberapa tahun yang lalu, dan harus diingat bahwa Peresvet diluncurkan pada 2018," tambah pakar Ticku.
Tujuan akhir dari setiap sistem senjata laser tidak lain adalah fungsi membutakan dan menghancurkan target.
Melihat kehancuran peralatan militer Rusia di Ukraina, tampaknya teknologi laser masih dalam masa pertumbuhan.
Secara umum, kekuatan teknologi hipersonik Rusia telah diterima dan diakui oleh Barat.
Tidak dapat dikesampingkan bahwa militer Rusia sedang menguji senjata laser di Ukraina, namun, Moskow yang memimpin perlombaan senjata hipersonik tampaknya masih jauh.
Source | : | The EurAsian Times |
Penulis | : | Afif Khoirul M |
Editor | : | Afif Khoirul M |
KOMENTAR