Intisari-Online.com – Indonesia dan Malaysia kompak keberatan atas keputusan aliansi AUKUS untuk menghadirkan kapal selam nuklir ke Australia, meskipun tidak ada senjata nuklir yang digunakan.
Khawatir akan konsekuensinya yang diklaim bisa picu ‘perang akhir zaman’.
Keberatan tersebut disampaikan oleh Menteri Luar Negeri Malaysia Saifuddin Abdullah dalam konferensi pers pasca-pertemuannya dengan Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi di Jakarta, pada Senin (18/10/2021).
AUKUS, merupakan perjanjian keamanan antara Australia, Inggris, dan AS, yang menurut Saifuddin, membuat kedua negara sama-sama khawatir tentang konsekuensinya.
Seperti mengutip Reuters, Saifuddin mengatakan, “Kami sepakat soal isu terbaru di kawasan mengenai negara di dekat kami yang membeli kapal selam bertenaga nuklir baru. Meskipun negara itu tidak memiliki kapasitas untuk senjata nuklir, kami khawatir dan risau.”
Sebagai respons meningkatnya ketegangan di Laut China Timur dan Selatan, kawasan perairan yang menopang jalur perdagangan senilai triliunan dollar AS itulah yang melahirkan pakta keamanan AUKUS.
Sementara, Filipina, yang dekat dengan AS, telah menyatakan dukungannya terhadap AUKUS, mereka mengatakan bahwa perjanjian tersebut bisa menjadi penyeimbang untuk menghadapi China yang semakin tegas.
Meski AUKUS sempat bikin Indonesia-Malaysia kompak murka pada Australia, nyatanya mereka punya proyek baru, bahkan jauh lebih mematikan.
Beberapa minggu setelah Inggris, AS, dan Australia sepakat untuk bekerja sama dalam persenjataan hipersonik dan anti-hipersonik, AS berhasil menguji senjata hipersonik mereka.
Tes tersebut dilakukan pada Sabtu (14/5/2022) di Samudera Pasifik di lepas pantai California selatan, melansir Sky News yang mengkonfirmasinya pada dini hari Selasa (17/5/2022)/
Menurut Angkatan Udara AS, senjata respons cepat yang diluncurkan dari udara (ARRW) itu diluncurkan oleh pembom B-52.
Dalam pernyataannya, mereka mengatakan, “Setelah pemisahan dari pesawat, booster ARRW menyala dan terbakar selama durasi yang diharapkan, mencapai kecepatan hipersonik lima kali lebih besar dari kecepatan suara.”
Kesepakatan antara Australia-Inggris-AS, atau disebut AUKUS, yang diumumkan pada September 2021 lalu pada awalnya berkonsentrasi pada pengembangan kapal selam nuklir di Pasifik, di tengah meningkatkan kekhawatiran atas China.
Tetapi rupanya fokus telah berkembang sejak invasi Rusia ke Ukraina, yaitu untuk memasukkan biadang kerja sama baru seperti senjata hipersonik.
Rusia, pada Maret lalu mengatakan bahwa mereka telah mengerahkan rudal hipersonik ‘Kinzhal’ di Ukraina.
Senjata tersebut dilaporkan dapat terbang dengan kecepatan 10 kali kecepatan suara, dan tidak dapat dilacak atau dicegat dengan kecepatan itu oleh sistem pertahanan yang ada saat ini.
Tes peluncuran yang dilakukan itu berhasil menghancurkan gudang bawah tanah yang menyimpan rudal dan amunisi pesawat di sebelah barat Ukraina, demikian klaim seorang pejabat kementerian pertahanan Rusia.
Analis pertahanan Profesor Michael Clarke mengatakan kepada Sky News, pada saat itu senjata itu dikembangkan ‘untuk prospek perang apokaliptik antara negara adidaya’.
Menurutnya, “Anda tidak bisa bertahan melawannya. Anda tidak bisa melihatnya. Anda tidak bisa mempersiapkannya.”
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari