Wiroguno menjadi kesal dan memasukkan Rara Mendut ke daftar taklukan yang harus membayar pajak ke Mataram, hal ini membuat Mendut memutar otak supaya bisa mengumpulkan kepeng demi kepeng untuk pasokan ke kerajaan.
Bermodal tubuh dan kecantikannya, Mendut berjualan rokok di sebuah pasar dan tempat orang biasa menyabung ayam.
Tempat itu bernama Pasar Prawiromanten, atau kemudian hingga saat ini disebut Balong, letaknya di selatan Keraton Kerta.
Mendut menjual mahal rokok lintingannya, karena yang diburu adalah rokok yang dikulumnya lebih dulu.
Lebih mahal lagi puntung rokok atau tegesan. Unsur erotisme muncul dalam "sanepan" demikian.
Pak Muhayat (86), putra mantan juru kunci situs makam Mendut menafsirnya demikian.
"Menurut tafsir saya, itu kan kiasan tentang apa yang dijalankan Mendut. Rokok yang dicari koq "tegesan", ini nurut saya ada unsur seksualitasnya. Transaksi seks. Itu pendapat saya lho ya, bisa saja orang lain menafsir beda," kata Pak Muh, sapaan akrab pensiunan guru ini di Dusun Gandu, pekan lalu.
Situs makam Roro Mendut dan Pronocitro diyakini terletak di bon suwung Dusun Gandu, Desa Sendangtirto, Berbah, Sleman.
Dusun ini terletak di sebelah selatan Jalan Wonosari Km 10, arah jalannya tembus ke Prangwedanan dan Segoroyoso.
Mendut akhirnya bisa mengumpulkan uang cepat dan banyak dari lapak yang digelarnya.
Hingga suatu saat Mendut bertemu Pronocitro, penyabung ayam yang juga datang ke keramaian itu.
Mereka jatuh cinta di pandangan pertama.
KOMENTAR