Ratu Asma mengangkat saudara laki-lakinya As’ad bin Shihab sebagai gubernur Tihama, dan harus mematuhi perintah bersama dari Ali dan Ratu Asma.
Dia juga dipercayakan dengan pengiriman sejumlah besar uang yang akan dikirim kakaknya kepada suaminya.
Ratu Asma juga bertanggung jawab atas pendidikan calon menantu perempuannya, Awra, yang sesuai dengan penguasa.
Pada tahun 1066 M, Ali memutuskan untuk berhaji ke Mekah.
Sebelum dia dan Ratu Asma pergi haji, Ali membuat putranya, al-Mukarram Ahmad menikahi Awra dan memerintah kerajaannya.
Kemudian mereka mengambil karavan seribu penunggang kuda, lima ribu tentara Ethiopia, pangeran Yaman yang telah ditawan selama bertahun-tahun, dan seluruh rombongan Ratu Asma di istana.
Dalam perjalanan ke Mekah, mereka diserang oleh keluarga Bani Najah dari Ethiopia yang percaya bahwa Ali bertanggung jawab atas kematian ayah mereka.
Ali dipenggal, lalu Ratu Asma, putrinya Fatima, dan wanita lain dalam rombongan menjadi tawanan.
Ratu Asma mencoba memohon pembebasan para wanita tawanan lainnya, tetapi pemimpin Najahid Sa’id menolak.
Mereka berbaris di belakang kepala suami Ratu Asma 'Ali dan saudaranya yang dipenggal ke Zabid.
Sepanjang penahanannya, Ratu Asma dipaksa untuk melihat kepala suaminya tertusuk yang terlihat jelas dari selnya.
Dia akan tetap menjadi sandera selama satu tahun penuh.
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | K. Tatik Wardayati |
KOMENTAR