Intisari-Online.com -Terpilihanya putraFerdinand Emmanuel Edralin Marcos Sr, Ferdinand Romualdez Marcos Jr alias Bongbong Marcos, dianggap menjadi angin segar bagi keluarga mendiang Soeharto.
Pasalnya,baikFerdinand Marcos Sr maupun Soeharto memiliki karier termasuk kejatuhan yang hampir serupa.
Keduanya, tentunya bersama para keluarganya, sama-sama terlibat megakorupsi.
Akhir kekuasaan kedua pemimpin yang sering masuk jajaran orang terkorup di dunia tersebut juga sama.
Ferdinand Marcos Sr dan Soeharto sama-sama dipaksa untuk meninggalkan kursi kekuasaan oleh rakyatnya sendiri.
Secara kebetulan, berita tentang kembali berkuasanya dinasti Marcos hanya berselang beberapa hari dengan peringatan tragedi Trisakti.
Sebuah peristiwa bersejarah bagi rakyat Indonesia, karena menjadi salah satu titik balik runtuhnya kekuasaan Soeharto.
Hal inilah yang kemudian membuat beberapa pihak mulai menduga-duga, mungkinkah apa yang terjadi di Filipina juga terjadi di Indonesia.
Dengan kata lain, mungkinkah keberhasilan kembalinya dinasti Marcos bakal disamai oleh keluarga Cendana, sebutan untuk keluarga Soeharto?
Berikut ini ulasannya.
Peneliti dan pendiriRiset Indonesia, Dian Permata secara gamblang menyebut hasil pemilu di Filipina merupakan alarm bagi Indonesia.
Apalagi, menurut Dian seperti dilansirkompas.com, iklim politik Indonesia dan Filipina itu serupa.
Sistem oligarki yang menyatukan pengusaha dan penguasa sama kuatnya baik di Filipina maupun di Indonesia.
Masyarakatnya, menurut Dian, cenderung memiliki ingatan yang pendek mengenai masa lalu, termasuk kesalahan-kesalahan para pemimpinnya.
Janji-janji pemilu Marcos Jr untuk mengembalikan kejayaan ekonomi Filipina serupa dengan slogan“Piye kabare, enak jamanku toh?".
Ya, slogan yang sering terbingkai bersama dengan foto Soeharto sedang melambaikan tangan tersebutbak ingin menunjukkan bahwa kondisi ekonomi Indonesia pada era Soeharto lebih baik dibanding saat ini.
Menariknya, selainterbuai janji kembalinya kejayaan ekonomi Filipina, beberapa pendukung Marcos Jr juga tidak percaya bahwa Marcos Sr telah melakukan korupsi.
"Saya tidak percaya mereka mencuri uang. Jika mereka melakukannya, mereka seharusnya sudah dipenjara," sangkal Anthony Sola, salah satu warga pendukung Marcos Jr, atas kasus korupsi senilai 10 miliar dollar AS dalam periode kekuasaan Ferdinand Marcos.
Inilah yang membuat banyak pihak, seperti Koordinator Indonesia Corruption Watch (ICW) Adnan Topan Husodo, menilai demokrasi Indonesia sudah pantas menyalakan alarm.
"Jika sebuah negara terlalu mengandalkan kultus dan ketokohan individu daripada pembangunan demokrasinya, kasus-kasus seperti Filipina akan muncul juga di Indonesia," kata Adnan, seperti dilansir kompas.com,Rabu (11/5/2022).
Menurut Adnan, masyarakat Indonesia kerap dimanipulasi oleh keyakinannya sendiri tentang ketokohan yang asumsinya bisa menyelesaikan masalah.
Adnan juga mengingatkan bahwa masih banyak politisi yang berjaya di zaman Orde Baru, masih duduk manis dalam lingkaran kekuasaan Indonesia.
"(Reformasi sejauh ini masih) gagal membangun struktur ekonomi politik yang lebih bersih, lebih demokratis. Para pemain politik dan ekonomi tidak banyak bergeser (dari Orde Baru)," ujar Adnan.
Lalu, bagaimana menurut Anda? Mungkinkah dinasti Cendana kembali memimpin Indonesia?