"Nah, melihat 'terpedo' ini, Carter mengambil dayung lalu berusaha memukulnya, sampai percikan airnya membasahi si agen rahasia. Si kelinci bingung: di belakang ada rubah, di depan ada presiden. Akhirnya, ia berenang ke arah lain."
"Rosalynn dan Jimmy Carter suka juga bersantai di Camp David. Di sana, di Pegunungan Catoctin, Maryland, di tengah-tengah hutan seluas 54 ha yang dijaga oleh patroli marinir dan dikelilingi pagar berduri beraliran listrik, suami-istri Carter berjalan bergandengan tangan di bawah cahaya rembuIan."
Begin dan Sadat
Suatu malam, kami bertiga pergi berjalan-jalan. Hari menjelang tengah malam. Suara para penghuni hutan nyaring bersahut-sahutan. Mendadak ada rentetan suara bedil di atas. Saya segera tahu, itu senapan M-16. Kemudian terdengar teriakan, 'Berhenti!'
Di bawah cahaya rembulan saya lihat tampang seorang marinir muda. la masih baru benar dan pasti sudah diberi tahu bahwa tidak ada orang yang akan lewat jalan tersebut malam itu. Sebenarnya saya sudah memberi tahu kepada pos jaga agar memberitahukan kepada marinir tempat kami berada malam itu, tetapi mungkin berita itu belum sampai ke telinganya.
Jadi, sementara Rosalynn dan Jimmy berdiri diam membeku, saya maju. Dengan sangat perlahan saya berkata, 'Saya bersama presiden. Saya akan mengambil lampu senter dan menyinari wajah saya.' Perlahan-lahan sekali saya berjalan ke arahnya, menunjukkan kartu identitas saya. Oh, dia ketakutan setengah mati. Dikiranya ia akan diajukan ke pengadilan militer. Tetapi saya katakan kepadanya, tindakannya benar dan bahwa siapa saja dapat mengalami kejadian seperti itu."
"Ketika terjadi Perundingan Camp David, saya ada di sana pula. Menachem Begin dan Anwar Sadat belum lama berada di sana, ketika suatu hari saya menyalip Sadat yang sedang berjalan dengan tongkatnya sambil mengisap pipa. Ketika saya sudah tiba di pos saya, saya lihat Begin berjalan mendekat dari arah berlawanan dengan kedua tangan di saku. Saya memang mempunyai harapan bahwa mereka akan sempat berbincang-bincang berdua, tanpa didampingi tim perunding masing-masing. Mereka bertemu tepat di hadapan saya, kemudian berjalan berdua menuju hutan. Begin memungut selembar daun dan menggulung- gulungnya di tangan. Hanya dengan melihat bahasa tubuh mereka, saya merasa sesuatu yang baik akan terjadi."
"Di Gedung Putih, saya senang memandang pohon besar di tengah-tengah Rose Garden. Pada malam hari, kalau saya tahu hari itu telah terjadi suatu peristiwa bersejarah, saya merasa Gedung Putih bagaikan diterangi lampu-lampu, Rose Garden bagaikan Taman Firdaus dengan Pohon Pengetahuan Baik dan Buruk berada di tengahnya. Presiden sedang tidur di lantai atas dan saya duduk di salah satu ruangan lantai bawah, dalam kegelapan. Saya melihat ke luar jendela, melalui kaca jendela tua yang tidak begitu sempurna itu dan saya pun membayangkan apa kira-kira yang dipikirkan oleh seseorang seratus tahun yang lampau di ruangan itu. Saya pandang dan saya pandang semuanya, sampai saya dapat mengingatnya, sehingga saya tidak akan lupa bagaimana rasanya berada di sana."
Pagi atau malam?
Marty memang menghargai saat-saat ia bertugas sebagai agen Dinas Rahasia, tetapi pengalaman-pengalaman berharga itu tidak cuma-cuma diperolehnya. "Tiga minggu sekali kami harus mengganti pola tidur. Lama-kelamaan lonceng hanya seperti hiasan saja. Penghasilan saya memang cukup (yang terakhir AS$ 45.000 setahun), tetapi sering terjadi, kalau terbangun di sebuah kamar hotel yang gelap, saya kebingungan sedang berada di mana. Arloji menunjukkan pukul 07.00. Setelah mencari-cari tumpukan korek api, barulah saya tahu: Jenewa, Swis, seperti yang tercantum di situ. Kadang-kadang kami harus menggedor kamar agen bahkan hampir mendobrak pintunya, tetapi ia terus saja mendengkur."
"Mungkin karena tidak pernah cukup lama berada di satu tempat, saya jarang sekali dapat membina hubungan yang serius dengan wanita."
Sebenarnya Marty dapat pindah ke bidang pekerjaan yang bersifat kantoran. Tetapi ia senang pergi ke tempat-tempat yang jauh. "Saya melamar ke Dinas Rahasia karena ingin terjun ke masyarakat. Saya masih ingin aktif bertindak mencegah pembunuhan."
"Di Dinas Rahasia saya tidak mempunyai banyak teman," begitu Marty mengaku. "Saya mengagumi pengabdian mereka, tetapi rasanya mereka bukan orang-orang yang cocok menjadi teman bagi saya. Saya sangat kesepian. Jika kami mendarat di suatu kota di luar negeri, rekan-rekan saya akan pergi berjalan-jalan atau pergi minum-minum. Walaupun diajak, saya tidak mau ikut. Saya lebih senang pergi sendiri."
Bergabung dengan kaum punk
Di London akhirnya Marty menemukan lingkungan yang cocok, yaitu kelab musik punk. "Saya tidak percaya melihat betapa histerisnya pemandangan yang saya lihat di sana. Semua orang berjingkrak-jingkrak seperti kanguru, saling memukul dan tertawa-tawa. Di panggung, pemain band merajah gitar mereka sendiri dan menabuh drum secepat-cepatnya."
Penulis | : | Agus Surono |
Editor | : | Agus Surono |
KOMENTAR