Intisari-Online.com – Memasuki waktu dua bulan perang di Ukraina, namun ini sudah membuat para pakar militer geleng-geleng tak percaya akibat betapa tidak siapnya Rusia dalam invasinya terhadap tetangganya yang pro-Barat itu.
Meski sempat melancarkan serangan awal dari berbagai arah, Moskwa gagal menguasai udara, bahkan barisan tank Rusia pun dikirim tanpa perlindungan atau koordinasi.
Seperti dilansir AFP pada Senin (25/4/2022), para pakar militer itu mengungakapkan bahwa Rusia sangat meremehkan kekuatan perlawanan Ukraina.
Staf umum militer barat berpendapat bahwa tujuan awal Presiden Rusia Vladimir Putin adalah untuk memusnahkan pasukan Ukraina dalam operasi kilat.
Nyatanya, Moskwa telah gagal mengkalibrasi daya tembaknya, untuk menangani tingkat perlawanan yang sama sekali gagal diramalkan oleh dinas intelijen Rusia.
Pada 24 Februari, Rusia melancarkan serangannya di tiga posisi berbeda secara bersamaa.
Itu berarti, meski memiliki 150.000 tentara, mereka berpencar di beberapa sumbu berbeda, yaitu di utara menuju Kyiv, di timur, dan di selatan.
Para pakar militer menilai bahwa Rusia membuat kesalahan besar dalam mengerahkan pasukannya di darat tanpa memperoleh kendali atas langit sebelumnya, meskipun telah memobilisasi 500 pesawat.
Kepada AFP, seorang pilot Prancis yang berbicara tanpa menyebutkan nama, mengatakan, “Mendapatkan supremasi udara adalah (strategi) 101 yang membentuk segalanya dalam konflik modern.”
“Mereka seharusnya merobohkan pesawat tempur Ukraina, radar, sistem udara-darat, jalur pendaratan,” kata pilot itu.
Kata para pakar militer itu, di lapangan, manuver membingungkan, mengungkapkan kegagalam dalam rantai komando dan kekurangan dalam pelatihan.
Unit elite yang diterjunkan ke bandara Hostomel tanpa dukungan udara, sementara barisan panjang tank Rusia yang maju, bahkan terkadang tanpa perlindungan.
Ini berarti rentan terhadap serangan udara dan darat Ukraina yang dibantu oleh drone taktis Bayraktar Turki.
Dalam dua bulan serangan Rusia ke Ukraina, Moskwa telah kehilangan lebih dari 500 tank dan lebih dari 300 kendaraan lapis baja, menurut blok khusus Oryx, yang mencantumkan kerugian material di Ukraina berdasarkan foto atau video yang dikumpulkan di medan perang.
Menurut Willliam Alberque, direktur strategis, teknologi, dan kontrol senjata di Institut Internasional untuk Studi Strategis di London, “Kendaraan lapis baja akan bekerja dengan baik bila dikombinasikan dengan artileri, infanteri, dan dukungan udara. Itulah yang kurang dalam fase pertama perang di Ukraina.”
Sementara, menurut pemerintah AS, untuk semua serangan yang dikirim Rusia, mereka kurang presisi, ini terlihat dari hanya 50 persen serangan rudal jelajah yang mencapai target yang diinginkan.
Sebaliknya, “Ukraina sangat siap,” kata sumber militer Eropa itu, melansir kompas.com.
Menurut sumber itu, Ukraina menggunakan aset darat-udara dan penerbangan mereka dan berkumpul kembali di kota-kota untuk memperumit serangan Rusia.
Maka, setelah gagal mengepung dan menjatuhkan Kyiv setelah sekitar satu bulan, Moskwa memutuskan untuk mengubah strategi dan fokus pada penaklukan wilayah Donbas di timur, yang berbatasan dengan Rusia, sebagai gantinya.
Tetapi diperkirakan akan ada ‘pertempuran sengit di medan sulit yang dipenuhi sungai dan hutan’.
Kata seorang perwira tinggi Prancis, “Ukraina memiliki keunggulan di medan itu. Mereka akan bertempur di jalanan untuk memperumit manuver dan perbekalan Rusia.”
Tetapi, jalur pasokan Kyiv juga sekarang sangat menantang, karena senjata yang dipasok oleh Amerika dan Eropa tiba di bagian barat negara itu.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari