Intisari-Online.com - Aktivitas Gunung Anak Krakatau mengkhawatirkan dalam beberapa hari terakhir.
Bahkan statusGunung Anak Krakatau sudah naik menjaditingkat Level 3 atau Siaga pada Minggu (24/4/2022) pukul 18.00 WIB.
Akibat dari aktivitasGunung Anak Krakatau ini, masyarakat diminta menjauhi area gunung dalam radiys 5 km.
Hingga hari ini, Selasa (26/4/2022),aktivitas Gunung Anak Krakatau masih tinggi.
"Ada gempa tremor yangmengindikasikan adanya pergerakan fluida (batuan padat, cairan, gas) ke kedalaman yang lebih dangkal," kataSubkoordinator Mitigasi Gunung Api Wilayah Barat Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Nia Haerani.
Nia menyebutkan, pemantauan intensif terus dilakukan guna antisipasi gejala kenaikan aktivitas.
Cuacaterpantau cuaca mendung dan hujan dengansuhu udara menembus 22-28 derajat Celcius.
Asap putih sedang tinggi lebih kurang 25-50 meter terus terlihat dari puncak.
Jika Gunung Anak Krakatau erupsi apalagi meletus, maka salah satu hal yang harus diwaspadai adala tsunami.
Khususnya di wilayah Selat Sunda dan sekitarnya.
Ini karena tsunami yang terjadi karena aktivitas gunung api bisa menyebabkan gelombang laut seismik.
Di mana gelombang laut itu sangat tinggi dan memiliki kekuatan ekstrem.
Dilansir dari kompas.com pada Selasa (26/4/2022), tsunami yang terbentuk karena letusan gunung api rupanyadisebabkan karenaruntuhnya kaldera.
Kaldera adalahpergerakan tektonik dari aktivitas gunung berapi, kegagalan sisi ke sumber air atau debit aliran piroklastik ke laut.
Jika sampai terjadi tsunami, maka bisa mengakibatkanterjadinya ledakan kapal selam yang dahsyat.
Bahkan ketika terbentuk gelombang, maka ia dapat bergerak dalam arah vertikal dan bergerak dengan kecepatan besar di perairan yang lebih dalam.
Di mana kecepatan gelombang tsunami itu bisa mencapai 650 mph.
Itu di laut dalam. Di air dangkal, kecepatan gelombangnya mencapai200 mph.
Alasannya karena mereka melakukan perjalanan di atas landas kontinen dan menabrak tanah.
Dan kekuatan gelombang tsunami karena letusan gunung api tidak akan berkurang meski merekamenghantam daratan.
Dilaporkan sekitar 5% dari tsunami terbentuk dari gunung berapi dan sekitar 16,9% dari kematian akibat gunung berapi terjadi dari tsunami.
Lalu tsunami karenaefek vulkanik bisa mempengaruhi area yang lebih besar, lebih dari 25 km.
Salah satu tsunami yang terjadi akibat letusan gunung api adalah tsunami ketika Gunung Krakatau meletus pada27 Agustus 1883.
Ini adalah tsunami vulkanik terbesar dan paling berbahaya dalam sejarah.
Karena tinggi gelombang tsunaminya mencapai 40 meter. Bahkanpermukaan laut di seluruh dunia menjadi naik.