Intisari - Online.com - Sri Lanka tengah menghadapi masalah serius yaitu krisis ekonomi dengan pemadaman bergilir dan kekurangan pangan, bahan bakar dan kekurangan kertas.
Kekurangan kertas ini terjadi karena mereka sudah kekurangan hutan sumber daya kayu dan kertas.
Mereka benar-benar kehabisan uang.
Melansir SCMP, Sri Lanka sudah pusing karena punya utang miliaran ke Beijing, tapi mereka kini harus mencari sumber utang lagi dari China, India, dan IMF dengan krisis ekonomi makin berkembang ke arah spiral.
Pundi-pundi negara itu kini tengah kosong, dan pemerintah tidak punya uang membayar bahan bakar yang diperlukan untuk mengoperasikan pembangkit listrik mereka.
Akhirnya pemadaman terjadwal pun dilaksanakan.
Sri Lanka juga tidak punya uang untuk membayar bahan bakar, gas untuk memasak, obat-obatan dan makanan impor.
Keluarga Jayasinghe yang tinggal di Colombo jadi salah satu yang mengalami kesulitan ini, dengan Selasa lalu mereka mengalami mati listrik selama enam jam.
Tavish Jayasinghe, seorang akuntan, awalnya berniat membeli BBM untuk motornya, tapi ia mengurungkan niat melihat antrian mengular di SPBU.
"Aku perlu BBM untuk motorku tapi melihat antrian di SPBU yang tampaknya seperti selamanya, aku memutuskan tak perlu mengorbankan terkena paparan matahari dan tetap di rumah saja," ujarnya.
Keputusannya bijak, karena pada hari Minggu dua pria berusia 70 tahun meninggal dunia sementara mengantri selama 4 jam untuk BBM saja.
Minggu ini, pemerintah memerintahkan para tentara membantu membagikan bahan bakar di SPBU negara, Ceylon Petroleum Corporation, saat 10.000 warga mengalami antrian itu.
KOMENTAR