Namanya Terseret Korupsi Minyak Goreng dan Izin Ekspor CPO Indonesia, Beginilah Kondisi Gurita Sawit Wilmar Grup yang Miliki Berhektar-hektar Lahan Sawit di Berbagai Negara

May N

Penulis

Ilustrasi Crude Palm Oil atau CPO.

Intisari - Online.com -Komisaris PT Wilmar Nabati Indonesia, Master Parulian Tumanggor, disebut-sebut oleh Kejaksaan Agung sebagai salah satu tersangka dugaan kasus korupsi izin ekspor minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO).

Korupsi ini terkait dengan korupsi minyak goreng yang baru saja terkuak.

Wilmar Nabati Indonesia adalah anak usaha dari Wilmar International yang bermarkas di Singapura.

Perusahaan ini memiliki perkebunan sawit di banyak negara, namun mayoritas produksi CPO-nya berasal dari Indonesia.

Berdasarkan data dari Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO), total produksi CPO Wilmar International mencapai 1,72 juta ton pada 2020.

Dari jumlah tersebut, produksi CPO Wilmar di Indonesia mencapai 1,31 juta ton pada 2020.

Jumlah ini jauh lebih besar dari produksi Wilmar di Malaysia yang sebesar 362.079 ton.

Sementara produksi Wilmar di wilayah Afrika, yakni di Ghana dan Nigeria, totalnya mencapai 42.974 ton.

Wilmar International didirikan oleh Martua Sitorus dan Kuok Khoon Kong pada 1991.

Perusahaan ini memiliki bisnis sawit mulai dari hulu hingga hilir, kemudian produk pengolahannya di jual di Indonesia, Malaysia, Tiongkok, India, dan Eropa.

Kekayaan pemilik Wilmar Grup

Wilmar International didirikan oleh Martua Sitorus dan Kuok Khoon Kong pada 1991.

Martua Sitorus adalah salah satu orang terkaya di Indonesia, dan sering masuk dalam daftar 50 Orang Terkaya Forbes.

Dalam daftar 50 Orang Terkaya Forbes akhir tahun lalu, Martua Sitorus berada di peringkat 14.

Kekayaan bersihnya tercatat sebesar 2,85 miliar dolar AS atau setara Rp41,79 triliun.

Sementara menurut data real time Forbes, kekayaannya saat ini bertambah menjadi 2,9 miliar dolar AS atau Rp41,8 triliun.

Adapun kekayaan pengusaha berusia 62 tahun ini berasal dari Wilmar Group yang bergerak di perkebunan kelapa sawit dan berbasis di Singapura.

Adapun luas lahan Wilmar pada awalnya sebesar 7.100 hektare.

Seiring berjalannya waktu, bisnis Wilmar makin meluas dan menjangkau beberapa negara di dunia.

Pria dengan nama asli Thio Seng Hap alias A Hok ini lahir pada 6 Februari 1960 di Pematang Siantar, Sumatera Utara.

Keluarganya bukan termasuk keluarga berada.

Karena itu, dia menjual udang dan menjadi loper koran untuk membantu keluarganya.

Pekerjaan tersebut dilakukan sambil menempuh pendidikan.

Berkat kegigihannya, dia berhasil menyelesaikan studi ekonomi di Universitas HKBP Nommensen Medan.

Lulus kuliah, dia sempat menjalankan usaha kecil-kecilan hingga mendirikan Wilmar Group.

Dia mengundurkan diri dari dewan Wilmar pada Juli 2018.

Selain di Wilmar, dia dan saudaranya mendirikan KPN Corporation dengan kepentingan di perkebunan kelapa sawit, pengembangan properti dan manufaktur semen.

Bekerja sama dengan Ciputra Group, Gama Land membangun kota mandiri di Medan, Sumatera Utara.

Sementara itu, produsen semen keluarga Cemindo Gemilang mencatatkan sahamnya pada September 2021 dengan mengumpulkan dana 77 juta dolar AS.

Baca Juga: Langsung Terasa Dampak Dominonya,Korupsi Minyak Goreng Indonesia Bikin Harga Minyak Goreng di India Melonjak Naik, 'Minyak Indonesia Tidak Tergantikan', Krisis Pangan Dunia di Depan Mata

Artikel Terkait