Medan perang yang luas di Donbass mengharuskan Ukraina membutuhkan sejumlah besar senjata dan amunisi untuk bertahan di garis sepanjang sekitar 480 km.
Sebelumnya, pada 19 April, Presiden Ukraina Zelensky mengatakan bahwa, jika menerima cukup senjata, negara itu akan mengakhiri perang dengan Rusia.
"Jika kami telah menerima semua senjata yang kami butuhkan, kami bisa mengakhiri perang ini, memulihkan perdamaian, dan membebaskan wilayah itu," kata Zelensky.
Pada 26 Februari, Jerman setuju untuk memberikan senjata ke Ukraina.
Jerman diyakini telah mengirim ke Ukraina sekitar 1.000 rudal anti-tank, lebih dari 500 peluncur rudal bergerak (MPADS) dan banyak senjata ringan lainnya. Jerman juga menyetujui pengiriman senjata buatan Jerman ke Ukraina oleh Belanda dan Estonia.
Pada 14 Maret, Jerman mengatakan bahwa, untuk menghindari risiko, akan merahasiakan bantuan senjata ke Ukraina.
Sebelum Rusia meluncurkan kampanye militer di Ukraina, Jerman menunjukkan sedikit minat untuk mengirim senjata mematikan ke Ukraina.
Berlin kemudian mengatakan bahwa "pemompaan" senjata tanpa henti ke Ukraina akan membuat marah Rusia dan menyebabkan ketegangan antara Moskow dan Kiev meningkat.
"Dari perspektif jangka pendek, kami tidak punya apa-apa lagi untuk dikirim ke Ukraina tanpa penundaan," kata Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock, pada 20 April.
"Oleh karena itu, Berlin telah sepakat untuk mendukung mitra lain yang siap memasok Ukraina dengan senjata ala Soviet yang biasa mereka gunakan," tambahnya.
Baerbock menekankan bahwa cadangan senjata berat yang didedikasikan Jerman untuk membantu Ukraina sekarang telah habis.
Sebelumnya, Menteri Pertahanan Jerman Christine Lambrecht, mengumumkan bahwa negara itu tidak lagi dapat menyediakan senjata atas permintaan Ukraina.
"Dengan pengiriman yang datang langsung dari persenjataan militer, saya harus mengakui terus terang bahwa kami telah mencapai batas," kata Christine Lambrecht.
Source | : | CNN |
Penulis | : | Afif Khoirul M |
Editor | : | Afif Khoirul M |
KOMENTAR