Intisari-Online.com - Ketika perang Rusia dan Ukraina pecah, ada banyak negara yang mengirim bantuan ke Ukraina.
Mulai dari senjata militer hingga menerima ribuan warga Ukraina yang melarikan diri.
Namun Jerman disebut-sebut tidak berbuat banyak untuk membantuUkraina dalamperang Rusia dan Ukraina.
Alasannya karena Jerman terlibat dalam proyek gas dengan Rusia.
Pada akhirnya, Berlinberada di bawah tekanan kuat, termasuk dari anggota koalisi berkuasa Kanselir.
Kanselir Jerman saat ini,Olaf Scholz, sudah memberi janjiuntuk mengoordinasikan lebih banyak pengiriman senjata ke Ukraina.
Di mana dia sudahmeningkatkan dukungan militer ke Kiev dengan mengirimkan senjata berat seperti tank.
Namun sikapScholz malah ditentang beberapa pihak. Bahkanmeminta Jerman untukberhenti "menghentikan" bantuan.
Salah satunya adalahAnggota Parlemen Hijau Anton Hofreiter, ketua Komite Urusan Eropa Bundestag.
Dia mengatakan pendekatan Jerman berbahaya.
RupanyaHofreiter, punya alasan kuat mengapa dia enggan Jermanmengambil sikap yang lebih keras dalam perang.
Dilansir dariexpress.co.uk pada Kamis (21/4/2022), menurutnya jika Jerman terlibat dalam perang ini, makadapat memperpanjang perang.
Selain itu, bisamengakibatkan negara-negara lain diserang.
"Kitamenahan sanksi,menahan pengiriman senjata, karena punya alasan," ucap Hofreiter.
"Sebab jika dilakukan, ada bahaya bahwa perang akan berlarut-larut."
"Dan semakin lama perang berlangsung, semakin besar bahaya bahwa negara-negara lain akan diserbu."
"Dan kita akhirnya akan meluncur ke dalam Perang Dunia 3."
PernyataanHofreiter datang ketika Jerman mengumumkan akan memberi Ukraina amunisi dan pelatihan artileri berat.
Tak tanggung-tanggun, Jerman juga mau mengadakan pelatihan dan amunisi adalah untuk PzH 2000, sistem artileri self-propelled, sistem artileri cepat yang dikirim Belanda ke negara yang dilanda perang.