Intisari-Online.com - Presiden RusiaVladimir Putin meluncurkan operasi militer khusus di Ukraina pada 24 Februari 2022.
Pada saat itu, Presiden RusiaVladimir Putin mengatakan tujuannya untukmenghilangkan apa yang disebutnya sebagai “ancaman serius” dengan mendemiliterisasi tetangga perbatasan selatan Rusia itu.
Awalnya, rencana Rusia terutama berfokus pada upaya merebut Kiev, sebagai sarana untuk menggulingkan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dan memasang pemerintahan boneka untuk mengendalikan Ukraina.
Namun, fokus sekarang telah bergerak lebih jauh ke timur.
Alasannya karena tujuan utama membutuhkan waktu lebih lama untuk membuahkan hasil.
Sebelumnya, ini rencana awal Putin, yaitu untuk memfokuskan pasukan untuk merebut Kiev, dengan mendukung upaya untuk menyerang Kharkiv, Mariupol, dan Kherson.
Namun, Rusia belum berhasilmerebut di Kiev.
Kini pejabat Rusia malah mengumumkan mundurnya dari ibukota kota awal bulan ini.
Lalu mereka fokuspada "pembebasan penuh" Donbas, yang mengacu pada wilayah timur Ukraina Donetsk dan Luhansk, di mana separatis yang didukung Rusia telah mengklaim wilayah tersebut.
Menteri Luar Negeri Rusia Sergey V. Lavrov mengumumkan Fase lain dari operasi ini dimulai sekarang denganrudal dan artileri menyerang ratusan sasaran militer Ukraina pada Senin malam.
Apa rencana serangan baru Rusia?
Dilansir dari express.co.uk pada Kamis (21/4/2022), pasukan Putin di wilayah selatan dan timur Ukraina memiliki rencana serangan baru, dan menurut seorang pejabat Eropa, itu melibatkan:
- Upaya utama=merebut Donbas
- Bangun jembatan darat antara Donbas dan Krimea melalui Mariupol
- Dapatkan kendali atas Kherson
- Rebut wilayah zona penyangga tambahan
Di antara upaya utama Rusia untuk merebut wilayah Donbas, pasukan Rusia sedang membangun jembatan darat dari Donbas ke Krimea, wilayah yang dicaplok Rusia yang berbasis di semenanjung di Ukraina Selatan.
Jembatan itu akan melewati kota tenggara Mariupol, di mana pasukan Rusia berharap untuk mengambil alih sepenuhnya untuk menciptakan koridor selatan ke semenanjung dan menghilangkan sebagian besar garis pantai Ukraina.
Ini membuat Ukraina bisa kehilangan sumber pendapatan utamanya.
Rusia dikatakan bertujuan untuk mengambil alih Mariupol sepenuhnya untuk dijual sebagai "kemenangan besar untuk kampanye kemenangan Putin".
Dengan menguasai Kherson, Rusia akan dapat mengamankan kanal air tawar ke Krimea, dan dengan merebut wilayah tambahan di sekitarnya, Rusia akan memiliki lebih banyak kekuatan untuk menggunakannya sebagai alat tawar-menawar dalam negosiasi di masa depan.
Dilaporkan bahwa Rusia telah mengerahkan antara 10.000 dan 20.000 pejuang asing dari Suriah dan Libya ke wilayah Donbas.
Tentu saja itu selain tentara bayaran Grup Wagner yang sudah di sana dan berperang sebagai infanteri.
Rencana baru Rusia ini langsung membuat Eropa mengkhawatirkankehancuran total kota dan banyaknya korban sipil.
“Ketakutan kami adalah bahwa itu akan menjadi lebih buruk daripada Bucha," tegasnya.