Ilse Koch, seperti yang ditunjukkan oleh persidangan selanjutnya, tidak menganggap para tahanan sebagai manusia tetapi bahan yang cocok untuk produksi fantasi jahatnya.
Seperti yang ditunjukkan oleh beberapa bukti persidangan, wanita ini mengoleksi sampul buku, sarung tangan, kap lampu, dan barang-barang lainnya yang semuanya dibuat dengan kulit manusia asli.
Untuk hobi yang tidak biasa ini, Ilse memilih para tahanan yang bertato dan, menurut para saksi, melucuti kulit mereka sebelum mengirim mereka ke pembakaran.
Kabarnya, Karl Koch adalah pengagum aktivitas waktu luang istrinya tersebut.
Baca Juga: Diselenggarakan di Bandung, Konferensi Asia Afrika Mendasari Pembentukan Organisasi Bernama Apa?
Karl tidak keberatan menyimpan kulit koleksi istrinya di rumah mereka, di mana mereka dipajang sebagai piala.
Nantinya, sampel kulitnya digunakan sebagai bukti kunci dalam persidangannya.
Perkawinan pasangan itu dikenal sebagai pengaturan "terbuka" karena mereka tidak pernah monogami.
Ilse bahkan berkencan dengan kekasihnya di kamp.
Keadaan perkawinan ini terbukti berakibat fatal bagi Karl karena ia didiagnosis menderita sifilis.
Karl tidak hanya menolak dengan keras klaim tersebut tetapi juga memerintahkan eksekusi dokter yang memeriksanya untuk mencegah penyebaran desas-desus tentang dirinya.
Penulis | : | Tatik Ariyani |
Editor | : | Tatik Ariyani |
KOMENTAR