Menterinya Sampai Pasrah Akui Sedang Frustasi, China Geregetan dengan Polah AS, Dilarang Bantu Rusia tapi 'Tangannya' Dipinjam untuk Serang Rusia, Tanpa Izin

Khaerunisa

Penulis

Zhao Lijian, Juru Bicara Menteri Luar Negeri China
Zhao Lijian, Juru Bicara Menteri Luar Negeri China

Intisari-Online.com - Sejak Perang Rusia-Ukraina meletus, bagaimana sikap China menanggapi situasi tersebut menjadi sorotan.

Banyak ahli menyampaikan penilaian terhadap kemungkinan sikap yang ditunjukkan oleh sekutu Rusia tersebut.

Sementara Amerika Serikat (AS) menuding China bakal membantu Rusia, dan belakangan mengancam China jika sampai membantu Rusia.

Tetapi, China baru-baru ini malah dibuat marah dengan perbuatan peretas Amerika terhadap negara tersebut.

Hal itu sampai membuat menteri China frustasi dan menuding AS telah memanfaatkan China untuk kepentingannya.

Melansir rt.com, Beijing melampiaskan frustrasi tentang peretas yang mengambil alih jaringan China untuk meluncurkan serangan siber ke Rusia.

Kementerian Luar Negeri China menyebut AS sebagai "kerajaan peretasan" dunia.

Kemudian, mendesak Washington untuk menghentikan aktivitas siber "berbahaya" menyusul laporan bahwa peretas Amerika merusak jaringan di China untuk melancarkan serangan ke Rusia dan Belarusia.

Baca Juga: Tak Ada Angin Tak Ada Hujan, Mendadak PBB Beri Peringatan Dunia, Konflik di Ukraina Bisa Berubah Menjadi 'Perang Nuklir', Ungkap Fakta Mengerikan yang Bisa Dialami Dunia

Baca Juga: Kekejaman Raja Henry VIII yang Ekstrim Melebihi Kekejaman Raja Inggris Lain, Termasuk Bagaimana Caranya Akhiri Hidup Keenam Istrinya dan Bunuh Semua Orang Hanya Karena Ingin

"China sangat prihatin dengan serangan siber terhadap negara lain yang berasal dari AS dan menggunakan China sebagai batu loncatan," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Zhao Lijian kepada wartawan pada konferensi pers pada hari Senin.

Zhao mengomentari laporan media Tiongkok baru-baru ini bahwa peretas, terutama dari AS tetapi juga dari sekutu NATO Jerman dan Belanda, baru-baru ini membajak jaringan komputer Tiongkok untuk serangan siber, yang mana 87% di antaranya menargetkan Rusia.

“Dengan latar belakang situasi Ukraina, langkah seperti itu dapat menghasilkan efek negatif menyesatkan masyarakat internasional dan menyebarkan disinformasi,” kata Zhao.

Ia juga menunjukkan bahwa “mantan pejabat senior AS menyerukan secara terbuka untuk meluncurkan serangan siber ke Rusia belum lama ini."

Itu tampaknya menunjuk ke Hillary Clinton, mantan menteri luar negeri AS dan calon presiden, yang membuat panggilan dalam sebuah wawancara MSNBC pada akhir Februari.

Sementara Beijing tidak tahu peran pasti pemerintah AS dalam serangan itu, atau jika itu terkait dengan "praktik panjang mencoreng China di dunia maya" oleh AS, Zhao meminta Washington untuk "mengadopsi sikap yang lebih bertanggung jawab."

Gedung Putih mengatakan pada hari Senin bahwa AS telah mengancam China dengan "konsekuensi yang signifikan" jika membantu Rusia dengan cara apa pun, selama pembicaraan panjang di Roma antara Penasihat Keamanan Nasional Jake Sullivan dan utusan China Yang Jiechi.

Beberapa outlet Barat mengklaim selama akhir pekan bahwa Moskow telah meminta bantuan militer Beijing untuk konflik di Ukraina, sementara Zhao menyebut klaim itu sebagai “disinformasi” yang datang dari AS.

Baca Juga: Bikin Dunia Ketar-Ketir, Karena Rusia Kongkalikong Militer dengan China Untuk Gempur Ukraina, Terkuak Begini Penjelasan Negeri Panda Setelah Dituduh Beri Bantuan Militer ke Rusia

Baca Juga: Bukan di 'Tanah Para Firaun,' Mumi Tertua di Dunia yang Berusia 8.000 Tahun Ini Justru Ditemukan di Eropa, Begini Cara Mumifikasinya yang Unik

(*)

Artikel Terkait