Advertorial
Intisari - Online.com -Dalam kondisi normal, seorang ayah menyusu di dada anak perempuannya akan menimbulkan kegaduhan karena sangat salah.
Namun dalam lukisan-lukisan Eropa ini, gambar itu justru mendapatkan pujian, karena anak perempuan menyusui ayah yang dihukum mati kelaparan dalam penjara.
Melansir Elite Readers, lukisan-lukisan ini berdasarkan cerita bernama Roman Charity.
Cerita ini berdasarkan seorang anak bernama Pero dan ayahnya Cimon.
Cimon dipenjara dan dihukum mati kelaparan.
Menurut cerita, Pero memohon untuk pemerintah memperbolehkan dirinya mengunjungi ayahnya sampai ayahnya mati.
Mereka memperbolehkan keinginannya tapi dia tidak bisa membawa apapun yang bisa dimakan bersamanya.
Sehingga ia dicek oleh para petugas penjara setiap kali ia mengunjungi ayahnya.
Apa yang tidak diketahui para penjaga adalah Pero memperpanjang usia ayahnya dengan menyusui Cimon.
Penjaga curiga ketika Cimon masih tetap hidup beberapa hari setelah ia dihukum.
Mereka akhirnya menangkap basah Pero menyusui Cimon dan kasus terhadapnya diajukan.
Namun hal tersebut malah membuat lunak hati para pemerintah dan mereka akhirnya melepaskan Cimon.
Dikatakan sebuah cerita yang serupa mundur ketika zaman sejarawan Romawi Valerius Maximus.
Cerita itu kemudian diceritakan ulang oleh Tetua Pliny, yang hidup dari 23-79 Masehi, meskipun ada hal lebih incest lagi dalam penggambaran Baroque dan Renaissance.
Banyak pelukis Eropa dari abad ke-17 dan 18 telah menggambarkan cerita itu dalam lukisan mereka.
Para pelukis ini termasuk Peter Paul Rubens, Caravaggio, Hans Sebald Beham, dan Rembrandt Peale.
Cerita ini juga diwujudkan dalam sebuah patung di atas Belfry of Ghent di Antwerp, Belgia.
Hal ini mundur ke tahun 1741 dan disebut "mammeloker," yang artinya "penyusu dada" di Belanda.
Bangunan itu dulunya dikatakan sebagai jalan masuk penjara kota.