Intisati-online.com - Ketegangan antara Rusia dan Ukraina makin memanas di mana keduanya mungkin berada di ambang peperangan.
Hal ini terlihat dalam beberapa waktu terakhir, Rusia dan Ukraina hubungannya semakin memburuk.
Bahkan ada rumor bahwa sebagian orang Ukraina sudah meninggalkn negaranya.
Tak hanya itu, rumor berhembus semakin kencang di mana Rusia dikatakan siap melakukan serangan ke Ukraina pada pertengahan bulan ini.
Lantas, benarkah perang antara Rusia dan Ukraina sudah terjadi?
Menurut 24h.com.vn, Rabu (16/2/22) Tembakan dan tembakan artileri terdengar di Ukraina timur tak lama setelah Rusia mengumumkan penarikan beberapa pasukan di dekat perbatasan antara kedua negara.
Hal ini menandakan bahwa ketegangan antara Kiev dan Moskow tidak dapat diredakan.
TASS melaporkan bahwa, pada malam 15 Februari waktu setempat, tentara Ukraina menembaki banyak tempat di sekitar desa Zaichenko, di Republik Donetsk (DPR) yang memproklamirkan diri.
"Tembakan dari berbagai posisi yang diduduki tentara Ukraina menghantam desa Zaichenko," DPR mengumumkan, mencatat total empat serangan penembakan.
Pada hari yang sama, 15 Februari, Republik Lugansk (LPR) yang memproklamirkan diri mengatakan pasukannya terpaksa melepaskan tembakan ke pos-pos militer Ukraina.
Penyebabnya adalah seorang pria bersenjata dari LPR ditembak mati oleh tentara Ukraina.
"Penembak jitu tentara Ukraina menembaki pasukan kami. Untuk melindungi warga sipil dan menghindari korban lebih lanjut, pasukan kami terpaksa merespons," Anton Mikuzhis, juru bicara pasukan bela diri LPR, mengumumkan.
Pada tahun 2014, dengan dukungan Rusia, dua provinsi timur Donetsk dan Lugansk mendeklarasikan kemerdekaan mereka dari Ukraina.
Pertempuran terus-menerus antara tentara Ukraina dan separatis di Donetsk dan Lugansk telah menewaskan sedikitnya 14.000 orang.
Ini juga salah satu penyebab utama ketegangan di perbatasan Rusia-Ukraina.
Menurut TASS, serangan proaktif militer Ukraina terhadap separatis di timur dapat membuat marah Rusia dan meningkatkan tekanan militer di Kiev.
Pada 15 Februari, parlemen Rusia mengeluarkan resolusi yang mendukung pengakuan kemerdekaan Donetsk dan Lugansk.
Presiden Rusia Putin belum membuat pernyataan tentang peristiwa penting ini.